Sunday, July 19, 2020

Teladan Dari Tokoh Integrasi Indonesia

Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 di mna pada ketika itu juga masih ada kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Hebatnya, para penguasa kerajaan-kerajaan tersebut lebih menentukan untuk meleburkan kerajaan mereka ke dalam negara Republik Indonesia. Hal ini dapat terjadi tak lain alasannya ialah dalam diri para raja dan rakyat di tempat mereka telah tertanam dengan begitu berpengaruh rasa kebangsaan Indonesia. Mereka lebih menentukan bergabung dengan Republik Indonesia daripada bergabung dengan Belanda atau bangkit sendiri. Sikap nasionalisme para raja pada waktu itu patut kita hargai dan kita teladani.

Meski demikian tak semua raja yang ada pada waktu itu mau bergabung dengan negara kesatuan RI. Salah satu contohnya ialah Sultan Hamid II dari Pontianak. Sultan Hamid II ialah seorang menteri di Kabinet Indonesia Serikat (RIS). Dia berjasa membuat lambang Garuda Pancasila yang menjadi lambang negara Indonesia.  Namun pada tahun 1950-an lebih menentukan berontak hingga turut serta dalam rencana jahat terhadap beberapa tokoh dan pejabat di Jakarta, meski hasilnya mengalami kegagalan. Berikut teladan dua orang raja yang menentukan untuk melawan Belanda dan bergabung dengan negara kesatuan Republik Indonesia, yaitu Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta dan Sultan Syarif Kasim II dari kerajaan Siak.

1. Sultan Hamengkubuwono IX (1912-1988)
BiografiGusti Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwana IX ialah Pahlawan Nasional dan seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988). Beliau juga Gubernur Daerah spesial Yogyakarta yang pertama sehabis kemerdekaan Indonesia. Beliau dilahirkan di Yogyakarta 12 April 1912 dan Wafat Amerikadi  Serikat, 3 Oktober 1988serta dimakamkan di Imogiri, Yogyakarta. Beliau menempuh pendidikan di Pendidikan :Eerste Europese Lagere School, Yogyakarta, Neutrale Europese Lagere School.Yogyakarta, Hogere Burger School, Bandung, Hogere Burger School, Semarang, Gimnasium, Haar, Negeri Belanda, dan Fakulteit Indologi pada Rijksuniversiteit (Sampai  tingkat doktoral) Leiden, Negeri Belanda
Peran
  1. Pada tahun 1940, ketika Sultan Hamengkubuwono IX dinobatkan menjadi raja Yogjakarta, ia dengan tegas memperlihatkan perilaku nasionalismenya. Dalam pidatonya ketika itu, ia mengatakan: “Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya ialah dan tetap ialah orang Jawa.”
  2. Sultan Hamengkubuwono IX juga pernah menolak anjuran Belanda yang akan menjadikannya raja seluruh Jawa sehabis aksi militer Belanda II berlangsung.
  3. Sultan bersama Paku Alam IX ialah penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. 
  4. Tiga ahad sehabis proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Kerajaan Yogjakarta ialah bab dari negara Republik Indonesia. Dimulai pada tanggal 19 Agustus, Sultan mengirim telegram ucapan selamat kepada Soekarno-Hatta atas terbentuknya Republik Indonesia dan terpilihnya Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
  5. Sultan pulalah yang mengundang Presiden untuk memimpin dari Yogyakarta sehabis Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. 
  6. Sultan memperlihatkan banyak akomodasi bagi pemerintah RI yang gres terbentuk untuk menjalankan roda pemerintahan. Markas TKR dan ibukota RI misalnya, pernah berada di Yogjakarta atas saran Sultan. Bantuan logistik dan proteksi bagi kesatuan-kesatuan Tentara Nasional Indonesia tatkala perang kemerdekaan berlangsung, juga ia berikan.
  7. Sultan Hamengkubuwana IX tercatat sebagai Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia antara 1945-1988 dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama antara 1940-1988.
  8. Ia pernah menjabat sebagai Wapres Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. 
  9. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Nilai kepahlawanan yang ditunjukan oleh Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX begitu terasa di masyarakat. Bahkan sebagai seorang pewaris tahta kerajaan (Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat), dia tidak bersikap sombong dan mau bergaul dengan rakyat jelata. Perjuangannya tidak hanya berhenti pada masa awal kemerdekaan, namun berlanjut hingga mengisi kemerdekaan itu sendiri, bahkan hingga final hidup hidupnya diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negaranya (Indonesia). Inilah segi yang menarik dari pribadi Hamengku Buwono IX yang begitu merakyat, walaupun dia ialah seorang raja.

2. Sultan Syarif Kasim II (1893-1968)
BiografiSultan Syarif Kasim II lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893 ialah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Ia dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim. Sultan Namanya sekarang diabadikan untuk Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru..Di bawah kepemimpinan Sultan Syarif Kasim II, Siak menjadi bahaya bagi Pemerintah Hindia Belanda. Soalnya, dia secara terang-terangan memperlihatkan penentangannya terhadap penjajahan. Dengan lantangnya, Syarif Kasim II menolak Sri Ratu Belanda sebagai pemimpin tertinggi para raja di kepulauan Nusantara, termasuk Siak.
Peran
  1. Ia mempunyai perilaku bahwa kerajaan Siak berkedudukan sejajar dengan Belanda. Berbagai kebijakan yang ia lakukan pun kerap bertentangan dengan harapan Belanda.
  2. Ketika informasi proklamasi kemerdekaan Indonesia hingga ke Siak, Sultan Syarif Kasim II segera mengirim surat kepada Soekarno-Hatta, menyatakan kesetiaan dan dukungan terhadap pemerintah RI serta menyerahkan harta senilai 13 juta gulden untuk membantu usaha RI. 
  3. Sultan Syarif Kasim II membentuk Komite Nasional Indonesia di Siak, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Barisan Pemuda Republik.
  4. Beliau mengajak raja-raja di Sumatera Timur lainnya semoga turut memihak republik. Saat revolusi kemerdekaan pecah,
  5. Beliau juga kembali menyerahkan kembali 30 % harta kekayaannya berupa emas kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bagi kepentingan perjuangan. 
  6. Ketika Van Mook, Gubernur Jenderal de facto Hindia Belanda, mengangkatnya sebagai “Sultan Boneka”Belanda, Sultan Syarif Kasim II tentu saja menolak. Ia tetap menentukan bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia.

Sultan Syarif Kasim II dihormati orang alasannya ialah kata dengan perbuatannya. Beliau tidak hanya mendukung NKRI dengan maklumat dan pernyataan politik saja, tetapi juga dengan menyumbangkan harta miliknya dalam jumlah sangat besar kepada negara. Dia tidak hanya mencintai rakyatnya dengan kata dan ungkapan, tetapi juga dengan mencerdaskannya lewat penyediaan sekolah. Syarif mendukung usaha lewat permintaan di istana, tapi juga hadir dalam kancah usaha dengan derma yang konkrit.

No comments:

Post a Comment