Tuesday, June 30, 2020

Teknik Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Teknik pengumpulan data dengan cara analisis isi media massa, observasi langsung, observasi tidak langsung, wawancara langsung, studi dokumentasi, dan teknik pengukuran.

A. Analisis Isi Media Massa
Teknik analisis isi media massa yakni pengumpulan data dengan menganalisis isi media massa. Dalam media massa tersebut termuat uraian dan data mengenai kemasyarakatan, perkembangan bank, dan perkembangan perekonomian.

Media massa tersebut, antara lain: radio, televisi, majalah, dan buletin. Akan tetapi, tidak semua gosip yang ada di media massa sanggup dijadikan data penelitian. Berita-berita tersebut harus dipilih dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian.

B. Observasi Atau Pengamatan Langsung
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap tanda-tanda yang tampak pada obyek penelitian.Tujuan utama metode observasi yakni mendeskripsikan perilaku. Para peneliti berusaha mendeskripsikan sikap selengkap dan seakurat mungkin. Teknik observasi dibedakan menjadi observasi eksklusif dan tidak langsung.

Teknik observasi eksklusif atau pengamatan eksklusif yakni pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan tanda-tanda pada objek yang dilakukan secara eksklusif di daerah kejadian. Obrservasi tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga sanggup dipakai untuk merekam banyak sekali fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Syarat dalam menggunakan metode observasi sebagai berikut.
  1. Metode observasi sanggup dilakukan secara bebas atau menggunakan daftar isian yang telah disiapkan dan sanggup menggunakan rekaman bunyi atau rekaman gambar.
  2. Semakin banyak objek yang diamati, semakin sulit pengamatannya dan karenanya pun juga rumit.
  3. Observasi perlu dilakukan secara cermat, jujur, dan objektif dengan data yang relevan.
  4. Sistem dan mekanisme yang dilakukan berdasar panduan yang sudah disiapkan.
  5. Observer harus paham apa yang akan dicatat dari cara menciptakan catatan data yang telah dikumpulkan.

Pencatatan hasil observasi dilakukan dengan mengisi formulir yang
telah disediakan. Tujuan menggunakan formulir pencatatan adalah:
  • Memudahkan dalam merekam kejadian, proses, dan tanda-tanda sosial;
  • Mencatat segala kejadian dan proses sosial di lapangan;
  • Membantu menguatkan data lain yang terkumpul;
  • Menjaga biar hasil pengamatan gampang diketahui pihak lain; dan
  • Dapat diformulasikan kembali sehingga sanggup menggambarkan suatu keadaan.

C. Observasi Atau Pengamatan Tidak Langsung
Teknik observasi atau pengamatan tidak eksklusif yakni pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan tanda-tanda pada objek penelitian yang pelaksanaannya tidak secara eksklusif pada objeknya, contohnya mengamati acara matahari lantaran adanya ledakan nuklir. Peristiwa ledakan nuklir sanggup diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian foto.

D. Wawancara Langsung
Wawancara yakni suatu percakapan eksklusif dengan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan format tanya jawab yang terencana. Teknik wawancara eksklusif yakni cara pengumpulan data dengan mengadakan kontak eksklusif (tatap muka) dengan sumber data, contohnya mendengarkan ceramah eksklusif atau tanya jawab. Peranan pewawancara, yaitu bertanya dan mencatat hasil wawancara. Dalam melaksanakan pencatatan peneliti sanggup menentukan satu atau kombinasi dari cara-cara sebagai berikut.
  • Pencatatan menggunakan alat bantu contohnya tape recorder.
  • Pencatatan dilakukan secara eksklusif pada waktu wawancara berjalan.
  • Pencatatan dilakukan setelah berlangsungnya wawancara.

E. Studi Dokumenter (Bibliografi)
Teknik studi dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang sering dipakai dalam metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya. Terutama sekali metode ini banyak dipakai dalam lingkup kajian sejarah. Teknik studi dokumenter (bibliografi) yakni pengumpulan data dengan menggunakan sumber dokumen tertulis yang berafiliasi dengan persoalan penelitian, contohnya dari sumber dokumen, buku, koran, dan majalah.
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data Teknik Teknik Pengumpulan Data
Saat ini studi dokumenter banyak dipakai oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam metodologi penelitiannya, lantaran sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan dalam bahan-bahan yang berbentuk dokumenter. Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial dikala ini serius menyebabkan studi dokumen dalam teknik pengumpulan datanya.

F. Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran yakni cara pengumpulan data dengan jalan melaksanakan pengukuran tertentu. Mialnya, dalam meneliti kesehatan balita, si peneliti harus melaksanakan pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, dan jumlah masakan yang diberikan.

Walaupun metode ilmiah intinya sama, tetapi tekniknya berbeda lantaran teknik merupakan cara istimewa dalam menerapkan metode ilmiah pada persoalan yang khusus. Oleh lantaran itu, setiap disiplin ilmu harus menerapkan suatu teknik yang cocok atau sesuai dengan kerangka materi yang dipelajari. Hal-hal yang termasuk teknik penelitian sosiologi sebagai berikut.
  1. Cross-Sectional Studies. Dalam studi ini, observasi dibatasi hanya pada penyelidikan tunggal pada dikala tertentu. Misalnya, studi ihwal 100 petani di salah satu desa untuk menentukan bagaimana reaksi mereka terhadap introduksi suatu varitas jagung yang lebih baik dalam waktu tertentu.
  2. Ex Post Facto Studies. Studi ini mempelajari faktor awal (masa lalu) yang dianggap sebagai penyebab situasi sekarang. Misalnya, studi ihwal faktor utama pada masa kemudian yang dianggap mempengaruhi perbedaan sikap masyarakat ihwal keluarga berencana.
  3. Longitudinal Studies. Dalam studi ini, observasi berusaha mengungkapkan jawaban dari agenda tiga tahun desa tertentu berkaitan dengan introduksi bibit yang lebih baik. Studi ibarat ini melewati satu periode waktu jangka panjang, termasuk sebelum atau sehabis observasi, dan mengindikasikan kecenderungan yang mungkin terjadi.

Pengolahan Data Hasil Penelitian

Data yaitu kumpulan nilai dari suatu obyek. Data mentah diambil dari sampel atau populasi. Jenis data berdasarkan cara memperolehnya dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu secara pribadi diambil dari objek / obyek penelitian Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara pribadi dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan aneka macam cara atau metode.

A. Pengelompokan Data yang Telah Terkumpul
Data yang telah terkumpul segera dikelompokkan untuk sanggup mempermudah pengolahan data. Perlu dibedakan data kualitatif, data kuantitatif, data pribadi, data primer, data sekunder, data tertulis, data lisan, dan data relevan.

1. Pengelompokan Data Dengan Statistik
Statistik yaitu kumpulan dari cara dan hukum mengenai pengumpulan, pengolahan, penafsiran, dan penarikan simpulan dari data yang berupa angka. Statistik dibedakan dua macam, yaitu statistik deskriptif dan statistik induktif
  1. Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif ialah statistik yang membicarakan perihal penyusunan data dalam daftar dan pembuatan grafik yang tidak menyangkut penarikan simpulan. Pengolahan yang bersifat analisis dan interpretasi data termasuk dalam statistik deskriptif selama tidak menyangkut penarikan simpulan yang berlaku umum atau pembuatan generalisasi.
  2. Statistik Induktif. Statistik induktif ialah bab statistik mengenai semua hukum dan cara yang sanggup digunakan sebagai alat dalam mencoba menarik simpulan yang berlaku umum dari data yang tersusun dan diolah sebelumnya. Dalam statistik induktif, peneliti mencari keterangan yang berlaku umum, yaitu menciptakan generalisasi dari data yang sedang dihadapi dan sengaja dikumpulkan untuk tujuan itu.
2. Guna dan Ciri Statistik
Dalam surat kabar atau majalah sering dijumpai angka statistik. Angka statistik mempunyai kegunaan untuk materi keterangan bagi orang atau tubuh yang memerlukannya. Contoh :
  1. Kepolisian mencatat angka kejahatan dan pelanggaran kemudian lintas biar perjuangan untuk menguranginya sanggup direncanakan dan dilaksanakan lebih efektif dan lancar.
  2. Pemerintah pusat dan tempat memerlukan data penduduk tempat dan penduduk nasional dengan tujuan untuk memudahkan pembuatan planning perekonomian dan pembangunan. Sebagian dari data itu digunakan untuk menilai hasil yang dicapai dengan menggunakan planning masa lampau dan sebagian diharapkan untuk menciptakan planning untuk masa yang akan datang.
  3. Departemen Pendidikan Nasional haruslah sanggup menaksir jumlah penduduk Indonesia di tahun yang akan tiba atau memperkirakan jumlah anak yang harus memasuki sekolah pada tahun itu, menciptakan planning yang lebih tepat mengenai jumlah ruangan sekolah yang harus dibangun, dan berapa banyak perhiasan tenaga guru yang diperlukan.

Ciri-ciri statistik ada tiga macam, yaitu:
1) bekerja dan mengolah data yang bersifat umum,
2) bekerja dengan menggunakan angka, dan
3) bekerja secara objektif.

B. Mengenali Kecenderungan Umum Data Dengan Bantuan Statistik Sederhana
a. Distribusi Frekuensi
Dalam penelitian yang menggunakan sampel random, peneliti telah mengumpulkan data umur akspetor KB di tempat A sebagai berikut. 35, 32, 17, 30, 37, 20, 24, 43, 30, 21, 45, 25, 37, 23, 35, 35, 30, 21, 35, 23, 24, 30, 20, 30, 25, 24, 24, 40, 35, 37, 37, 40, 35, 40

Dari nilai tersebut disusun secara teratur mulai dari umur termuda hingga tertua. Setelah diurutkan, diketahui jumlah penerima untuk umur itu. Kumpulan pasangan nilai dengan frekuensinya disebut distribusi frekuensi, di mana X menyatakan umur yang dicapai dan f(X) menyatakan frekuensi pada umur itu.

Panjang interval yang menunjukkan batas bawah dan batas atas nilai pengamatan disebut range. Nilai dalam pengamatan sampel tidak ditemukan di luar batas-batas ini. Besarnya range yaitu selisih antara nilai terbesar dengan nilai yang terkecil. Dari data penerima KB tempat A tersebut, range dari sampel dimulai dari nilai 17 dan berakhir pada nilai 45. Jadi, besarnya range = 45 - 17 = 28. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Umur xTurusFrekuensi
17 I1
20 II2
21 II2
23 II2
24 IIII4
25 II2
30 IIII5
32 I1
35 IIII I6
37 IIII4
40 III3
43 I1
45 I1
Jumlah -34
Dari data tersebut sanggup dikelompokkan dengan interval 15 - 19, 20 - 24, 25 - 29, 30 - 34, 35 - 39, 40 - 44, 45 - 49 sehingga distribusi frekuensinya terlihat menyerupai tabel berikut.

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Dari Sampel Akseptor KB Daerah A
Umur xf (Kelas Umur)
15-19 1
20-24 10
25-29 2
30-34 6
35-39 10
40-44 4
45-49 1
Jumlah 34
Cara perhitungan, titik tengah interval golongan tersebut digunakan sebagai nilai X dari golongan. Pada tabel di atas, titik tengah golongan yaitu 17,5; 22,5; 27,5; 32,5; 37,5; 42,5; dan 47,5 dengan frekuensi masing-masing 1, 10, 2, 6, 10, 4, dan 1. Frekuensi tersebut untuk mempermudah perhitungan dan dianggap terjadi pada titik tengah tiap-tiap golongan. Kalau dibentuk diagram sanggup memudahkan dalam melihat perbandingan frekuensi dari aneka macam kelas atau kategori.

Histogram merupakan citra diagram berbentuk balok atau petak. Lebar balok menunjukkan panjang interval kelas, kelompok atau satuan, sedangkan luas balok menunjukkan frekuensi kelompok. Dengan bentuk itu gampang dibandingkan frekuensi dari kelompok yang satu dan kelompok yang lain. Jika titik tengah dari garis atas balok dihubungkan antara yang satu dengan lainnya, diagram yang didapat merupakan suatu poligon. Contoh penyajian diagram histogram dan poligon distribusi frekuensi dari Tabel 2.
Data yaitu kumpulan nilai dari suatu obyek Pengolahan Data Hasil Penelitian
Contoh penyajian diagram bundar dengan persen dari Tabel 2. Suatu bundar dibagi menjadi bagian-bagian dan luas setiap bab yaitu frekuensi relatif kelas yang dinyatakan dalam persen.
15 - 19 = 2,9%
20 - 24 = 29,4%
25 - 29 = 5,9%
30 - 34 = 17,6%
35 - 39 = 29,4%
40 - 44 = 11,8%
45 - 49 = 2,9%
Data yaitu kumpulan nilai dari suatu obyek Pengolahan Data Hasil Penelitian
b. Ukuran Tendensi Sentral
Ukuran tendensi sentral merupakan indeks rata-rata dari distribusi nilai. Ada tiga macam ukuran tendensi sentral yang sering digunakan, yaitu modus (mode), median, dan mean (nilai rata-rata hitung).

Tabel 3.
Wanita yang Pernah Kawin dan Mengikuti KB
Menurut Anak yang Dilahirkan di Daerah A
Jumlah Anak
(Xi)
Jumlah Wanita
f(Xi)
Jumlah Kumulatif
Wanita F(Xi)
0 7878
1 465543
2 6301.173
3 5831.756
4 4532.209
5 3482.257
6 2622.819
7 1582.977
8 883.065
9+ 693.134
Jumlah 3.134-
1) Modus Atau Mode (Mo)
Modus yaitu nilai yang paling besar frekuensinya. Pada Tabel 3, Mo sama dengan 2. Artinya, dari perempuan yang pernah kawin dan pernah menggunakan cara kontrasepsi, frekuensi yang terbesar (630) yaitu untuk yang pernah melahirkan 2 anak.

Distribusi frekuensi dalam statistik mempunyai lebih dari satu mode. Misalnya, jikalau dua nilai dari X mempunyai frekuensi yang sama dan frekuensi ini yaitu yang terbanyak maka dikatakan bahwa distribusi frekuensinya yaitu bimodal. Frekuensi yang semua nilainya sama maka semua nilai yaitu mode. Distribusi frekuensi semacam ini disebut uniform.

Dari Tabel 2 juga bimodal, kedua mode yaitu 22,5 dan 37,5 (titik-titik tengah dari kelompok umur 20 - 24 dan 35 - 39.

2) Median (Md)
Median yaitu nilai yang merupakan pertengahan dari distribusi frekuensi. Artinya, 50% dari frekuensi terjadi pada nilai kurang atau sama dengan Md dan 50% lagi terjadi pada nilai lebih besar atau sama dengan Md. Pada Tabel 3, Md = 3, ini sanggup dilihat pada kolom ketiga yang menunjukkan frekuensi kumulatif. Karena 50% dari sejumlah sampel 3134 ternyata sebanyak 1756 perempuan telah melahirkan anak hidup kurang atau sama dengan 3 orang.

Median untuk data Tabel 2 yaitu 32,5 (titik tengah kelompok umur 30 - 34). Karena 50% dari sampel yaitu 17, sedangkan 19 penerima berumur kurang dari atau sama dengan 32,5 tahun dan 21 penerima berumur lebih dari atau sama dengan 32,5 tahun. Kalau besarnya sampel (n) ganjil maka:

3) Nilai Rata-rata Atau Mean
Nilai rata-rata (mean) yaitu jumlah semua nilai yang terjadi dalam distribusi dibagi atas jumlah pengamatan. Sebelum dihitung, nilai rata-rata data pada Tabel 3, kita perhatikan dulu nilai anak yang dilahirkan hidup. Untuk mempermudah perhitungan pada Tabel 3, kita temukan bahwa 9+ yaitu 9. Penentuan ini tergantung kepada kebijaksanaan peneliti
Data yaitu kumpulan nilai dari suatu obyek Pengolahan Data Hasil Penelitian
C. Menggambarkan Hubungan Antara Berbagai Data
Dalam penyelidikan, banyak terjadi hubungan atau kaitan antara aneka macam data di lapangan. Contoh:
  1. Daerah Kota yang Memiliki Banyak Industri dan Kota yang Tidak Memiliki Industri. Daerah kota yang mempunyai banyak industri, angka urbanisasi lebih tinggi. Daerah kota yang tidak mempunyai industri, angka urbanisasi lebih kecil.
  2. Daerah yang Subur dan Tandus. Daerah yang subur, jumlah penduduk cukup banyak, kepadatan lebih tinggi, dan penghasilan penduduk lebih tinggi dibanding tempat yang tandus. Daerah yang tandus, jumlah penduduk relatif sedikit, kepadatan penduduk rendah dan penghasilan penduduk lebih rendah dibanding tempat yang subur.
  3. Daerah yang Curah Hujannya Tinggi dan Curah Hujannya Rendah Daerah yang curah hujannya tinggi, produksi pertanian beraneka ragam dan lebih banyak. Daerah yang kering (curah hujan rendah) produksi pertanian homogen dan lebih sedikit.
Di dalam penelitian adakala menemui data yang mustahil dinyatakan di dalam bentuk angka atau bentuk jumlah. Data menyerupai ini disebut data kualitatif, contohnya tua, muda, senang, gemar,
baik, sedang, golongan pendapatan tinggi, golongan pendapatan menengah, golongan pendapatan rendah. Sebagai pasangannya, dinamakan data kuantitatif, yaitu segala data yang sanggup dinyatakan dengan angka, apabila hendak diselidiki hubungan antara data kualitatif, sanggup dipergunakan analisis korelasi. Akan tetapi, dengan data kualitatif analisis tidak sanggup dipergunakan.

    Monday, June 29, 2020

    Susunan Laporan Penelitian Sosial

    Di dalam pembuatan laporan penelitian sistematika laporan penulisan ilmiah beraneka ragam, namun secara garis besar laporan penelitian sosiologi mencakup tiga bagian, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Penyebab kanekaragaman format diantaranya laporan yaitu pemfokusan materi yang dilaporkan. urutan penyajian, pandangan wacana perlu didukung suatu serpihan dicantumkan atau tidak, dan keanekaragaman buku petunjuk penulisan ilmiah.

    1. Bagian Pembukaan
    Tahap simpulan dari suatu acara penelitian yaitu menulis atau menyusun laporan penelitian. Peneliti dituntut untuk menguasai kemampuan menyusun laporan. Penulisan laporan penelitian merupakan serpihan yang sangat penting, lantaran melalui laporan tersebut. Bagian pertama sebuah laporan yaitu pembukaan. Bagian pembukaan mencakup sebagai berikut.

    a. Judul Penelitian
    Judul penelitian merupakan cerminan dari topik penelitian yang dirumuskan dalam bentuk kalimat secara singkat, padat, komunikatif, jelas, dan sanggup ditangkap dalam pandangan sekilas. Judul harus objektif dan sesuai dengan persoalan yang diteliti. Penentuan judul bahwasanya sudah dirumuskan pada waktu menyusun rancangan penelitian. Beberapa hukum wacana penulisan judul antara lain sebagai berikut.
    1. Judul penelitian harus memuat kalimat atau kata yang terang maksnanya dan spesifik.
    2. Judul merupakan kata kunci dari konsep penelitian yang akan dilakukan dan dalam judul harus memuat variabel yang akan diteliti.
    3. Judul penelitian digunakan sebagai pegangan peneliti untuk tetapkan variabel yang akan diteliti, teori yang digunakan, instrument penelitian yang dikembangkan, teknik analisis data, serta kesimpulan.

    b. Kata Pengantar
    Kata pengantar yaitu goresan pena ungkapan sepatah dua patah kata oleh penulis mengenai laporan penelitian yang ia buat. Kata pengantar berisi keterangan dari penulis mengenai tulisannya. Isi dari keterangan kata pengantar biasanya pendek dan tidak lebih dari satu halaman menjelaskan mengapa target penelitian dipilih oleh peneliti.

    Pada serpihan kata pengantar ini sanggup dimuat ucapan terima kasih kepada setiap pihak yang memberi proteksi semenjak perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan penelitian. Pada simpulan kata pengantar dibubuhkan keterangan tanggal, bulan, dan tahun penulisan, nama lengkap peneliti atau penulis.
    Di dalam pembuatan laporan penelitian sistematika laporan penulisan ilmiah beraneka ragam Susunan Laporan Penelitian Sosial
    c. Daftar Isi
    Daftar isi mengatakan bagian-bagian dari laporan dan hubungan antara satu serpihan dan serpihan yang lain. Daftar isi sangat penting bagi pembaca alasannya sanggup membantu untuk melihat secara analitis isi laporansecara keseluruhan. Melalui daftar isi, pembaca sanggup dengan gampang menemukan bagian-bagian mana yang ia anggap penting tanpa harus membaca seluruh laporan penelitian.

    d. Daftar Tabel (kalau ada)
    Daftar tabel memuat judul-judul setiap tabel yang ada dalam laporan penelitian. Daftar tabel disusun berurutan sesuai nomor setiap tabel. Halaman yang memakai tabel halaman lebih luas, kertas sanggup dilipat.

    e. Daftar Gambar/Diagram/Ilustrasi/Peta
    Daftar ini juga memuat keterangan atau judul gambar/ilustrasi/ diagram/peta yang ada dalam laporan penelitian.

    2. Bagian Isi Laporan
    Perlu kita ketahui bahwa ada perbedaan antara penyusunan laporan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Perbedaan-perbedaan itu terletak pada serpihan isi. Bagian isi mencakup sebagai berikut.

    a. Bab Pendahuluan
    Bagian pendahuluan memberi citra kepada pembaca mengenai keterangan menyerupai latar belakang masalah, rumusan persoalan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis (kalau ada), perkiraan (kalau ada), batasan konsep, dan kendala yang didapat selama penelitian.

    Keterangan tersebut umumnya telah dipersiapkan peneliti sebelum penelitian pada dikala menyusun rancangan penelitian. Pada serpihan pendahuluan, peneliti tinggal memindahkan hal yang perlu dari rancangan penelitian, sesudah dilengkapi dan disempurnakan.

    b. Bab Tinjauan Kepustakaan
    Tinjauan kepustakaan memberi citra mengenai hal yang telah dirintis oleh peneliti lain menyerupai konsep, teori, data, inovasi yang berafiliasi dengan persoalan penelitian yang sedang dikerjakan.
    Keseluruhan hal tersebut dirangkum dan dihubungkan dengan apa yang sedang diteliti sehingga persoalan yang diteliti menjadi lebih jelas. Sumber-sumber kepustakaan antara lain buku-buku teks, laporan-laporan penelitian, buletin, jurnal, dan lain-lainnya.

    c. Bab Metodologi Penelitian
    Bagian ini mengambarkan mengenai subjek, objek, dan ruang lingkup penelitian, teknik sampling, teknik pengumpulan data, instrumen atau alat pengumpul data, jenis atau model penelitian, metode pengolahan, dan analisis data.

    Metodologi penelitian biasanya sudah disajikan dalam rancangan penelitian. Selanjutnya peneliti tinggal melengkapi dan menyempurnakannya pada dikala menyusun serpihan ini sehingga apa yang menjadi subjek dan objek penelitian serta alasan pemilihannya semakin jelas.

    d. Bab Hasil Penelitian
    Pada serpihan ini disajikan deskripsi umum wacana subjek atau objek penelitian, sajian data dan/atau uji statistik untuk masing-masing data. Bila penelitian berbentuk deskripsi maka sajiannya berupa uraian data tanpa menguji hipotesis. Bila penelitian berbentuk eksplanasi maka sajiannya berupa data yang menguji hipotesis. Jika diterapkan pendekatan kualitatis maka sajian datanya tidak berupa uji statistik, akan tetapi berupa uraian data sederhana dalam bentuk kalimat-kalimat.

    Bila pendekatannya bersifat kuantitatif, sajian datanya berupa uji statistik yang diwujudkan lewat angka-angka yang dimuat di dalam tabel-tabel.

    e. Bab Pembahasan Hasil Penelitian
    Dalam pembahasan ini seluruh hasil penelitian, tinjauan kepustakaan/ hasil penelitian lain, metodologi yang digunakan, dibandingkan satu dengan yang lain, dan dilacak keterkaitan antara satu dan yang lain serta dievaluasi keterkaitannya.

    Bagian pembahasan hasil penelitian harus diuraikan secara lengkap dan menarik lantaran serpihan inilah yang dinantikan dan ingin diketahui oleh pembaca.

    f. Bab Kesimpulan dan Saran
    Pada serpihan ini diuraikan apa yang menjadi kesimpulan hasil penelitian dan apa yang sanggup disarankan sesuai dengan hasi penelitian itu. Selain memuat hal-hal yang bersifat praktis, hal-hal yang disarankan sebaiknya juga mencakup masalah-masalah gres yang perlu diteliti selanjutnya.

    3. Bagian Penutup
    Bagian epilog merupakan serpihan simpulan dari sebuah laporan penelitian. Pada serpihan ini disajikan daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan indeks. Berikut klarifikasi mengenai bagian-bagian epilog laporan penelitian.

    a. Daftar Pustaka
    Daftar pustaka disusun keterangan mengenai buku-buku atau laporan-laporan yang digunakan dalam penelitian. Daftar pustaka merupakan serpihan tersendiri di luar materi isi, tetapi sangat penting dalam menunjang penelitian lapangan dan penyusunan laporan.

    Daftar pustaka dibentuk untuk memberi informasi mengenai bahanbahan bacaan yang digunakan. Hal-hal yang perlu dikemukakan dalam daftar pustaka ini, antara lain: nama penulis, tahun penerbitan, judul buku, kawasan penerbit, dan nama penerbit. Kalau sumber yang digunakan berupa jurnal atau laporan penelitian, susunannya yaitu nama penulis, tahun penulisan, judul tulisan, nama jurnal, jilid (nomor), dan halaman.

    b. Lampiran-lampiran
    Lampiran memuat hal-hal yang dirasakan perlu untuk diikutsertakan dalam laporan hasil penelitian menyerupai surat-surat izin, tabel-tabel, dan grafik-grafik, format instrumen, dan unsur lain yang dirasa perlu untuk menunjang hasil penelitian yang disampaikan.

    c. Indeks
    Indeks disusun peristilahan yang digunakan dalam laporan penelitian. Penyusunan dilakukan berdasarkan urutan abjad. Selain indeks, kadangkadang juga disusun istilah-istilah dan pengertiannya biar pembaca gampang memahami istilah yang dipakai.

    Sunday, June 28, 2020

    Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

    Laporan penelitian merupakan suatu media atau dokumen komunikasi antara peneliti dengan masyarakat umum terutama pembaca yang ditargetkan atau yang berkepentingan dengan penelitian yang telah dilakukan tersebut. Beberapa penulis mengemukan bahwa unsur-unsur dari laporan penelitian adalah: Judul tulisan, Abstrak, Pendahuluan, Bahan dan metode penelitian, Hasil, Pembahasan, Simpulan dan saran, dan Daftar pustaka

    Namun secara lebih lengkap, laporan penelitian terdiri dari 3 bab pokok, yaitu: Bagian pembuka., Bagian inti, dan Bagian penutup. Bagian pembuka sebuah laporan penelitian lebih lengkap harus mengandung komponen-komponen berikut ini: Judul, Halaman judul, Halaman pengesahan, Halaman penerimaan, Kata pengantar, Abstrak, Daftar isi, Daftar tabel, Daftar grafik, bagan, atau skema, dan Daftar akronim dan lambang.

    Pada bab inti seluruh komponen pendahuluan, kajian pusstaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta selesai dan saran disajikan secara lengkap. Bagian epilog tidak kalah penting dalam penulisan sebuah laporan penelitian lengkap yaitu bab penutup. Bagian epilog pada umumnya, terdiri dari: Daftar pustaka, Lapmpiran-lampiran, dan Daftar indeks atau glosarium.

    Setelah garis besar laporan terbentuk, selanjutnya tinggal menyusun laporan penelitian. Bahan-bahan laporan penelitian yaitu data-data dan keterangan-keterangan yang disusun dalam catatan-catatan perihal apa yang dipikirkan sebelum mengadakan penelitian, catatan-catatan yang dibentuk selama penelitian hingga catatan-catatan sesudah penelitian itu berlangsung.
    Laporan penelitian merupakan suatu media atau dokumen komunikasi antara peneliti dengan ma Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
    Pada ketika peneliti mempersiapkan rancangan penelitiannya, ia menyusun bab problem penelitian ibarat latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan kepustakaan, dan batasan konsep. Peneliti pun menyusun objek dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen, dan teknik pengolahan dan analisis data.

    Tahap berikutnya yaitu penulisan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Perlu dikemukakan adanya perbedaan antara penyusunan laporan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif laporan sanggup disusun secara simultan dan interaktif di dalam kesatuan siklus
    penelitian yang dilakukan. Pada penelitian kuantitatif, di mana bab laporan mengenai hasil penelitian beserta kesimpulan atas hasil penelitian, gres sanggup disusun sesudah tahap pengolahan dan analisis data selesai, alasannya yang dilaporkan yaitu hasil pengolahan dan analisis data itu sendiri.

    Aturan Penulisan
    Sebagai pegangan dalam penulisan laporan, semoga pembaca lebih gampang untuk mendalami dan mendapatkan hasil penelitian, berikut ini disampaikan beberapa pokok penting.
    1. Penulis sebaiknya menghindari penggunaan kata-kata serupa secara berulang-ulang.
    2. Arah dan tujuan penulisan harus sesuai dengan maksud penelitian.
    3. Ada pemisahan antara teori dengan hasil penelitian lapangan.
    4. Penulis sebaiknya menghindari penggunaan bahasa klise yang kurang bermakna.
    5. Penulis memakai bahasa yang sederhana dan tata bahasa yang baku.
    6. Penulis sebaiknya tidak berbelit-belit.

    Penyusunan laporan penelitian harus mencerminkan nilai-nilai ilmiah. Berikut ini diuraikan aturan-aturan penulisan ilmiah sebagai pegangan bagi peneliti.
    1. Penulis laporan harus mengetahui kepada siapa laporan itu ditujukan. Pembaca laporan sanggup dikelompokkan antara lain: kalangan cendekiawan, masyarakat umum, pelajar, dan kalangan pembaca yang lain. Kalangan-kalangan ini menjadi konsumen hasil penelitian.
    2. Laporan penelitan bagi kalangan cendekiawan atau akademisi harus lebih ilmiah, mendalam, dan tata penulisannya sesuai dengan hukum yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan serta dilengkapi dengan diagram maupun bentuk statistik yang menunjang.
    3. Bila penelitian itu dipesan forum sponsor, tentu konsumennya telah ditentukan oleh sponsor yang bersangkutan. Bagi kalangan umum, laporan sanggup diuraikan secara ringkas dan dalam bahasa yang gampang di mengerti.
    4. Penulis laporan harus menyadari bahwa pembaca laporan tidak mengikuti aktivitas proses penelitian. Dengan demikian penulis harus sanggup mengajak orang lain untuk mencoba mengikuti apa yang telah ia lakukan. Oleh lantaran itu, langkah demi langkah harus dikemukakan secara terang termasuk alasan-alasan mengapa hal itu dilakukan.
    5. Penulis laporan harus menyadari bahwa tingkat pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca tidak sama. Oleh lantaran itu, hasil penelitian harus dikemukakan dengan terang sesuai konteks pengetahuan secara umum.
    6. Penulis harus menyusun laporan penelitian dengan terang dan meyakinkan lantaran laporan penelitian yaitu unsur pokok dalam proses kemajuan ilmu pengetahuan.

    Dalam menyusun hasil penelitian harus mempersoalkan hal-hal sebagai berikut.
    1. Merumuskan suatu problem secara sempurna dalam penelitian. Merumuskan suatu problem teoretis dengan sendirinya juga memberi perspektif pada pengetahuan teoretis yang telah ada. Usaha peneliti untuk memperluas pengetahuan teoretis sesuai dengan tuntutan ilmiah, yaitu menambah pengetahuan secara kumulatif.
    2. Suatu rumusan yang menjelaskan kepada para pembaca bagi siapa hasil penelitian berlaku. Hal ini akan memberi pembatasan kedua (di samping pengoperasionalan masalah) pada selesai yang ditarik.
    3. Suatu uraian yang luas mengenai metode dan teknik yang dipakai. Dalam penelitian, uraian mengenai metode dan teknik sangat diharapkan alasannya keduanya menghipnotis selesai yang telah ditarik.
    4. Data yang telah dikumpulkan dan memiliki relevansi terhadap problem yang telah diteliti harus dipersoalkan dalam laporan ilmiah

    Saturday, June 27, 2020

    Diskusi Sebagai Penyajian Laporan Penelitian

    Untuk keperluan akademik, laporan penelitian perlu dinilai dan mendapat respon dari pihak lain. Oleh lantaran itu, laporan penelitian harus diseminarkan atau didiskusikan dengan pihak-pihak terkait sebelum dipublikasikan kepada masyarakat luas. Salah satu cara yang sanggup dilakukan yakni melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas penulis memaparkan hasil penelitian di hadapan penerima diskusi. Para penerima diskusi diperlukan sanggup mengetahui, memahami, mengevaluasi, serta memperlihatkan saran dan kritik kepada penulis.

    A. Diskusi Kelas
    Diskusi kelas yakni percakapan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok yang tiap-tiap anggota kelompok saling tukar pendapat ihwal sesuatu persoalan atau tolong-menolong memecahkan masalah. Laporan penelitian akan bermanfaat kalau dibaca oleh orang lain. Untuk memantapkan isi laporan penelitian, sanggup didiskusikan atau diseminarkan terlebih dahulu.

    Setiap penerima diskusi menyumbangkan dan menilai pendapat yang diajukan dalam diskusi. Buah pikiran dan keterangan, atau pendapat yang diajukan dinilai bersama secara kritis dalam rangka mencari pemecahan. Jadi, diskusi kelompok merupakan bentuk tukar pikiran dalam musyawarah. Masalah yang didiskusikan harus dirumuskan dengan sempurna sehingga terbatas pada satu masalah. Manfaat dari penyajian laporan penelitian melalui diskusi kelas, antara lain:
    1. Memperoleh umpan balik dari peserta,
    2. Mengungkapkan banyak sekali kemampuan yang dimiliki peserta,
    3. Membantu penerima berpikir teoretis dan mudah lewat topik yang disajikan, dan
    4. Mengembangkan motivasi penerima untuk lebih mendalami dan memecahkan setiap masalah.

    Pembicaraan dalam diskusi biasanya berlangsung melalui langkah-langkah sebagai berikut.
    1. Hakikat persoalan yang dibicarakan dan lantaran apa yang menimbulkan masalah.
    2. Beberapa alternatif cara pemecahan yang sanggup digunakan.
    3. Tiap-tiap cara pemecahan harus dipertimbangkan baik buruknya kemudian harus ditetapkan mana cara yang terbaik.

    Hal-hal penting dalam diskusi kelompok, antara lain sebagai berikut.
    1. Seorang siswa sebagai pemimpin diskusi atau moderator yang betugas memimpin jalannya diskusi.
    2. Seorang siswa sebagai pemrasaran yang bertugas memberikan isi makalah yang dibuat.
    3. Seorang siswa sebagai penyanggah atau pembahas yang bertugas menanggapi dan membahas isi pemrasaran.
    4. Seorang siswa sebagai sekretaris yang bertugas menulis hasil diskusi.
    5. Beberapa siswa (10 - 20 orang) sebagai penerima diskusi yang ikut aktif mengikuti jalannya diskusi.
    6. Semua yang mengikuti diskusi sebaiknya membawa makalah materi diskusi.
    7. Setelah pemrasaran memberikan isi makalah, disusul penyanggah, dan kemudian gres dilanjutkan balasan peserta.
    8. Sekretaris menulis hal-hal penting, menyerupai saran, usulan, dan perubahan isi makalah, kemudian membacakan jadinya pada simpulan diskusi.

    Bentuk-Bentuk Diskusi Kelas
    Bentuk diskusi bemacam-macam, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Bentuk diskusi kelas yang biasa dipakai antara lain the social problem meeting, the opened meeting, dan the educational diagnosis meeting.
    1. The Social Problem Meeting. Pada bentuk diskusi ini para siswa berdiskusi ihwal masalah-masalah sosial di kelas atau di lingkungan sekolahnya dengan harapan setiap siswa terpanggil untuk berguru dan bertingkah laris sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contohnya diskusi mengenai pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang sering dilakukan oleh para siswa.
    2. The Opened Meeting. Bentuk diskusi ini para siswa berdiskusi mengenai persoalan apa saja yang bekerjasama dengan kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya diskusi mengenai hobi, kebiasaan, atau cita-cita.
    3. The Educational-Diagnosis Meeting. Pada diskusi ini para siswa berdiskusi mengenai pelajaran di kelas dengan maksud saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang diterimanya sehingga masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik. Misalnya diskusi kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah atau diskusi kelompok untuk membahas materi pelajaran.

    Diskusi sanggup berjalan lancar apabila pembicaraan berlangsung ke banyak sekali arah. Tanya jawab akan berlangsung berdasarkan arus bolak-balik sesuai dengan pembicaraan yang dikemukakan pembicara. Tugas dan tanggung jawab pemimpin diskusi sebagai berikut.
    1. Merundingkan terlebih dahulu dengan penerima hal-hal yang berkaitan diskusi.
    2. Membuka diskusi dengan uraian pendek, tepat, tidak bertele-tele ihwal persoalan yang akan didiskusikan.
    3. Memimpin diskusi dengan sabar dan menghargai pendapat yang dikemukakan peserta.
    4. Bersifat ramah, jujur, dan tidak berat sebelah.
    5. Menjadi motor pelopor jalannya diskusi.
    6. Membuat rangkuman pembicaraan.
    7. Menutup diskusi dan membacakan rangkuman hasil diskusi.

    Tugas dan kewajiban penerima sebagai berikut.
    1. Mempersiapkan diri sebaik-baiknya hal-hal yang berkaitan dengan persoalan yang didiskusikan.
    2. Aktif dalam pembicaraan dengan semangat kerja sama.
    3. Peka terhadap teknik yang sanggup mendorong diskusi berjalan lancar dan tertib.

    B. Diskusi Panel
    Diskusi panel yakni bentuk diskusi yang terdiri atas seorang pemimpin diskusi dan beberapa orang penerima atau pemakalah, serta disaksikan beberapa orang pendengar. Dalam diskusi panel, hanya para penerima atau pemakalah yang mendiskusikan persoalan yang dijadikan topik pembicaraan. Tempat duduk dalam diskusi panel biasanya disusun sebagai berikut.
     laporan penelitian perlu dinilai dan mendapat respon dari pihak lain Diskusi Sebagai Penyajian Laporan Penelitian
    Sebelum melangsungkan diskusi, langkah-langkah pembicaraan disusun dahulu antara penerima dan pemimpin diskusi. Pemimpin diskusi mengatur jalannya diskusi sesuai dengan langkah-langkah yang telah disepakati. Petunjuk yang sangat mempunyai kegunaan bagi kelancaran diskusi panel sebagai berikut.
    1. Usahakan supaya jangan ada pembicaraan menyerupai orang berpidato.
    2. Peserta diskusi panel dalam berbicara jangan lebih dari lima menit.
    3. Pemimpin dan penerima diskusi panel berbicara di kawasan duduknya masingmasing.
    4. Pada waktu berbicara, penerima harus memperhatikan para pendengar apakah suaranya sanggup dipahami oleh pendengar.
    5. Pemimpin harus menandakan secara terang pada waktu permulaan diskusi apa yang diharapkannya dari pendengar. Misalnya, kapan pendengar sanggup mengajukan pertanyaan atau memperlihatkan komentar terhadap persoalan yang dibicarakan.
    6. Separo dari waktu yang tersedia untuk diskusi harus dipakai untuk tanya jawab dengan pendengar dan untuk memberikan rangkuman diskusi.

    Friday, June 26, 2020

    Jenis Fauna Yang Dilindungi

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 wacana Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, pengertian jenis fauna yang dilindungi yaitu semua jenis fauna yang memenuhi kriteria sebagai berikut : memiliki populasi yang kecil, adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam, dan daerah penyebaran yang terbatas/endemik.

    Selanjutnya menurut UU No.5 tahun 1990 wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAHE), pengertian jenis fauna yang dilindungi yaitu jenis fauna yang digolongkan kedalam satwa dalam ancaman kepunahan dan satwa yang populasinya jarang atau langka. Dapat disimpulkan bahwa pengertian fauna yang dilindungi yaitu adalah binatang langka yang statusnya dilindungi oleh negara, dan binatang tersebut tidak boleh di bunuh atau di perjualbelikan.

    Jenis-Jenis Fauna yang Dilindungi
    Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi ada 236 jenis satwa yang dilindungi di Indonesia yang digolongkan kedalam 7 (tujuh) famili yaitu : 70 jenis dari famili Mamalia (Menyusui), 93 jenis dari famili Aves (Burung), 31 jenis dari famili Reptil (Melata), 20 jenis dari famili Insekta (Serangga) , 7 jenis dari famili pisces (Ikan), 1 jenis dari famili Anthozoa dan 14 jenis dari famili Bivalvia.

    1) Jenis-jenis fauna dari famili Mamalia ( binatang menyusui)
    No. Species Nama LainKeterangan
    1. Anoa depressicornis Kerbau pendek/ Anoa
    dataran rendah
    Kemungkinan anoa
    dataran  rendah yang
    dimaksud adalah
    Bubalus depressicornis
    2. Anoa quarlesi Anoa pegunungan Kemungkinan anoa
    pegunungan yang
    dimaksud  adalah
    Bubalus  quarlesi
    3. Arctictis binturong Binturung -
    4. Arctonyx collaris Pulusan -
    5. Babyrousa babyrussa Babirusa -
    6. Balaenoptera musculus Paus biru -
    7. Balaenoptera physalus Paus bersirip -
    8. Bos sondaicus Banteng -
    9. Capricornis sumatrensis Kambing Sumatera -
    10. Cervus kuhli ; Axis kuhli Rusa bawean -
    11. Cervus spp. Menjangan Rusa Sambar (semua jenis
    dari genus Cervus)
    12. Cetacea Paus (semua jenis dari family
    Cetacea)
    13. Cuon alpines Ajag -
    14. Cynocephalus variegates Kubung; Tando;
    Walangkekes
    -
    15. Cynopithecus niger Monyet Hitam
    Sulawesi
    -
    16. Cynogale bennetti Musang air -
    17. Dendrolagus spp. Kanguru pohon (semua jenis dari genus
    Dendrolagus)
    18. Dolphinidae Lumba-lumba air laut (semua jenis dari family
    Dolphinidae)
    19. Dugong dugoni Duyung -
    20. Dicerorhinus sumatrensis Badak sumatera -
    21. Elephas indicusGajah -
    22. Felis badia Kucing merah -
    23. Felis bengalensis Kucing hutan; Meong
    congkok
    -
    24. Felis marmorota Kuwuk -
    25. Felis planiceps Kucing dampak -
    26. Felis temmincki Kucing emas madu -
    27. Felis viverrinus Kucing bakau -
    28. Helarctos malayanus Beruang madu -
    29. Hylobatidae Owa Kera tak berbuntut (semua jenis dari family
    Hylobatidae)
    30. Hystrix brachyuran Landak -
    31. Iomys horsfieldi Bajing terbang
    ekor merah
    -
    32. Lariscus hosei Bajing tanah bergaris -
    33. Lariscus insignis Bajing tanah;
    Tupai tanah
    -
    34. Lutra lutra Lutra -
    35. Lutra sumatrana Lutra Sumatera -
    36. Macaca brunnescens Monyet Sulawesi -
    37. Macaca maura Monyet Sulawesi -
    38. Macaca pagensis Bokoi; Beruk Mentawai -
    39. Macaca tonkeana Monyet jambul -
    40. Macrogalidea musschenbroeki Musang Sulawesi -
    41. Manis javanica Trenggiling; Peusing -
    42. Muntiacus muntjak Kidang; Muncak -
    43. Mydaus javanensis Sigung -
    44. Nasalis larvatus Kahau Bekantan -
    45. Neofelis nebulusa; Harimau dahan -
    46. Nesolagus netscheri Kelinci Sumatera -
    47. Nycticebus coucang Malu-malu -
    48. Orcaella brevirostris Lumba-lumba air tawar;
    Pesut
    -
    49. Panthera pardus Macan kumbang;
    Macan tutul
    -
    50. Panthera tigris sondaica Harimau Jawa -
    51. Panthera tigris sumatrae Harimau Sumatera -
    52. Petaurista elegans Cukbo Bajing terbang -
    53. Phalanger spp. Kuskus (semua jenis dari
    genus Phalanger)
    54. Pongo pygmaeus Orang utan; Mawas -
    55. Presbitys frontata Lutung dahi putih -
    56. Presbitys rubicund Lutung merah, Kelasi -
    57. Presbitys aygula Surili -
    58. Presbitys potenziani Joja Lutung Mentawai -
    59. Presbitys thomasi Rungka -
    60. Prionodon linsang Musang congkok -
    61. Prochidna bruijni Landak Irian, Landak semut -
    62. Ratufa bicolor Jelarang -
    63. Rhinoceros sondaicus Bdak jawa -
    64. Simias concolor Simpei Mentawai -
    65. Tapirus indicus Tapir, Cipan, Tenuk -
    66. Tarsius spp Binatang hantu, Singapuar (semua jenis dari genus
    Tarsius)
    67. Thylogale spp. Kanguru tanah (semua jenis dari genus
    Thylogale)
    68. Tragulus spp. Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis dari genus
    Tragulus
    69. Ziphiida Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili
     Ziphiidae)

    2) Jenis-jenis fauna dari famili Aves (burung)
    No. Species Nama LainKeterangan
    1. Accipitridae Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili
    Accipitridae)
    2. Aethopyga exima Jantingan gunung -
    3. Aethopyga duyvenbodei; Burung madu Sangihe -
    4. Alcedinidae Burung udang; Raja udang (semua jenis dari famili
    Alcedinidae)
    5. Alcippe pyrrhoptera Brencet wergan -
    6. Anhinga melanogaster Pecuk ular -
    7. Aramidopsis platen Mandar Sulawesi -
    8. Argusianus argus Kuau -
    9. Bubulcus ibis Kuntul; Bangau putih -
    10. Bucerotidae Julang Enggang; Rangkong;
    Kangkareng
    (semua jenis dari
    famili Bucerotidae)
    11. Cacatua galerita Kakatua putih besar
    jambul kuning
    -
    12. Cacatua goffini Kakatua gofin -
    13. Cacatua moluccensis Kakatua Seram -
    14. Cacatua sulphurea Kakatua kecil jambul kuning -
    15. Cairina scutulata Itik liar -
    16. Caloenas nicobarica Junai; Burung mas; Minata -
    17. Casuarius bennetti Kasuari kecil -
    18. Casuarius casuarius; Kasuari -
    19. Casuarius unappenddiculatus; Kasuari gelambir satu;
    Kasuari leher kuning
    -
    20. Ciconia episcopus Bangau hitam; Sandanglawe -
    21. Colluricincla megarhynchaBurung sohabe coklat -
    22. Crocias albonotatus Burung matahari -
    23. Ducula whartoni Pergam raja -
    24. Egretta sacra Kuntul karang -
    25. Egretta sacra Kuntul; Bangau putih (semua jenis dari genus
    Egretta)
    26. Elanus caerulleus Alap-alap putih;
    Alap-alap tikus
    -
    27. Elanus hypoleucus Alap-alap putih;
    Alap-alap tikus
    -
    28. Eos histrio Nuri Sangir -
    29. Esacus magnirostris Wili-wili; Uar; Bebek laut -
    30. Eutrichomyias rowleyi Seriwang Sangihe -
    31. Falconidae Burung alap-alap; Elang (semua jenis dari famili
    Falconidae)
    32. Fregeta andrewsi Burung gunting; Bintayung -
    33. Garrulax rufifrons Burung kuda -
    34. Goura spp Burung dara mahkota;
    Burung titi; Mambruk
    (semua jenis dari
    genus Goura)
    35. Gracula religiosa mertensi Beo Flores -
    36. Gracula religiosa robusta Beo Nias -
    37. Gracula religiosa venerate Beo Sumbawa -
    38. Grus spp. Jenjang (semua jenis dari
    genus Grus)
    39. Himantopus himantopus Trulek lidi; Lilimo -
    40. Ibis cinereus Bluwok; Walangkadak -
    41. Ibis leucocephala Bluwok berwarna -
    42. Lorius roratus Bayan -
    43. Leptoptilos javanicus Marabu; Bangau tongtong -
    44. Leucopsar rothschildi Jalak Bali -
    45. Limnodromus semipalmatus Blekek Asia -
    46. Lophozosterops javanica Burung kacamata
    leher abu-abu
    -
    47. Lophura bulweri Beleang ekor putih -
    48. Loriculus catamene Serindit Sangihe -
    49. Loriculus exilis Serindit Sulawesi -
    50. Lorius domicellus Nori merah kepala hitam -
    51. Macrocephalon maleo Burung maleo -
    52. Megalaima armillaris Cangcarang -
    53. Megalaima corvine Haruku; Ketuk-ketuk -
    54. Megalaima javensis Tulung tumpuk; Bultok Jawa -
    55. Megapoddidae Maleo; Burung gosong (semua jenis dari famili
    Megapododae)
    56. Megapodius reintwardtii Burung gosong -
    57. Meliphagidae Burung sesap;
    Pengisap madu
    (semua jenis dari famili
    Meliphagidae)
    58. Musciscapa ruecki Burung kipas biru -
    59. Mycteria cinerea Bangau putih susu; Bluwok -
    60. Nectariniidae Burung madu; Jantingan;
    Klaces
    (semua jenis dari famili
    Nectariniidae)-
    61. Numenius spp. Gagajahan (semua jenis dari genus
    Numenius)
    62. Nycticorax caledonicus Kowak merah -
    63. Pandionidae Burung alap-alap; Elang (semua jenis dari famili
    Pandionidae)
    64. Paradiseidae Burung cendrawasih (semua jenis dari famili
    Paradiseidae)
    65. Tapirus indicus Tapir, Cipan, Tenuk -
    66. Pavo muticus Burung merak -
    67. Pelecanidae Gangsa laut (semua jenis dari famili
    Pelecanidae)
    68. Pittidae Burung paok; Burung cacing (semua jenis dari famili
    Pittidae)
    69. Plegadis falcinellus Ibis hitam; Roko-roko -
    70. Polyplectron malacense Merak kerdil -
    71. Probosciger aterrimus Kakatua raja; Kakatua hitam -
    72. Psaltria exilis Glatik kecil; Glatik gunung -
    73. Pseudibis davisoni Ibis hitam punggung putih -
    74. Psittrichas fulgidus Kasturi raja; Betet besar -
    75. Ptilonorhynchidae Burung namdur;
    Burung dewata
    -
    76. Rhipidura euryura Burung kipas perut putih;
    Kipas gunung
    -
    77. Rhipidura javanica Burung kipas -
    78. Rhipidura phoenicura Burung kipas ekor merah -
    79. Satchyris grammiceps Burung tepus dada putih -
    80. Satchyris melanothorax Burung tepus pipi perak -
    81. Sterna zimmermanni Dara maritim berjambul -
    82. Sternidae Burung dara laut (semua jenis dari famili
    Sternidae)
    83. Sturnus melanopterus Jalak putih; Kaleng putih -
    84. Sula abbotti Gangsa kerikil aboti -
    85. Sula dactylatra Gangsa kerikil muka biru -
    86. Sula leucogaster Gangsa batu -
    87. Sula sula Gangsa kerikil kaki merah -
    88. Tanygnathus sumatranus Nuri Sulawesi -
    89. Threskiornis aethiopicus Ibis putih; Platuk besi -
    90. Trichoglossus ornatus Kasturi Sulawesi -
    91. Tringa guttifer Trinil tutul -
    92. Trogonidae Kasumba; Suruku;
    Burung luntur
    -
    93. Vanellus macropterus Trulek ekor putih -

    3) Jenis-jenis fauna dari famili Reptil (binatang melata)
    No. Species Nama LainKeterangan
    1. Batagur baska Tuntong -
    2. Caretta caretta Penyu tempayan -
    3. Carettochelys insculpta Kura-kura Irian -
    4. Chelodina novaeguineae Kura Irian leher panjang -
    5. Chelonia mydas Penyu hijau -
    6. Chitra indica Labi-labi besar -
    7. Chlamydosaurus kingie Soa payung -
    8. Chondropython viridis Sanca hijau -
    9. Crocodylus novaeguineae Buaya air tawar Irian -
    10. Crocodylus porosus Buaya muara -
    11. Crocodylus siamensis Buaya siam -
    12. Dermochelys coriacea Penyu belimbing -
    13. Elseya novaeguineae Kura Irian leher pendek -
    14. Eretmochelys imbricate Penyu sisik -
    15. Gonychephalus dilophus Bunglon sisir -
    16. Hydrasaurus amboinensis Soa-soa; Biawak Ambon;
    Biawak pohon
    -
    17. Lepidochelys olivacea Penyu ridel -
    18. Natator depressa Penyu pipih -
    19. Orlitia borneensis Kura-kura gading -
    20. Ciconia episcopus Sanca bodo -
    21. Phyton timorensisSanca Timor -
    22. Tiliqua gigas Kadal Panan -
    23. Tomistoma schlegelii Senyulong; Buaya sapit -
    24. Varanus borneensis Biawak Kalimantan -
    25. Varanus gouldi Biawak coklat -
    26. Varanus indicus Biawak Maluku -
    27. Varanus komodoensis Biawak komodo; Ora -
    28. Varanus nebulosus Biawak abu-abu -
    29. Varanus prasinus Biawak hijau -
    30. Varanus timorensis Biawak Timor -
    31. Varanus togianus Biawak Togian -

    4) Jenis-jenis fauna dari famili Insekta ( serangga )
    No. Species Nama LainKeterangan
    1. Cethosia myrina Kupu bidadari -
    2. Ornithoptera chimaera Kupu sayap burung peri -
    3. Ornithoptera goliath Kupu sayap burung goliat -
    4. Ornithoptera paradise Kupu sayap burung surga -
    5. Ornithoptera priamus Kupu sayap priamus -
    6. Ornithoptera rotschldi Kupu burung rotsil -
    7. Ornithoptera tithonus Kupu burung titon -
    8. Trogonotera brookiana Kupu trogon -
    9. Troides amphrysus Kupu raja -

     wacana Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Jenis Fauna Yang Dilindungi
    10. Troides andromanche Kupu raja -
    11. Troides criton Kupu raja -
    12. Troides haliphron Kupu raja -
    13. Troides Helena Kupu raja -
    14. Troides hypolitus Kupu raja -
    15. Troides meoris Kupu raja -
    16. Troides Miranda Kupu raja -
    17. Troides plato Kupu raja -
    18. Troides rhadamantus Kupu raja -
    19. Troides riedeli Kupu raja -
    20. Troides vandepolli Kupu raja -

    5) Jenis-jenis fauna dari famili Pisces ( bangsa Ikan)
    No. Species Nama LainKeterangan
    1. Homaloptera gymnogaster Selusur Maninjau -
    2. Latimeria chalumnae Ikan raja laut -
    3. Notopterus spp Belida Jawa; Lopis Jawa (semua jenis dari genus Notopterus)
    4. Pritis spp. Pari Sentani; Hiu Sentani (semua jenis dari genus Pritis)
    5. Puntius microps Wader goa -
    6. Scleropages formasus Peyang Malaya; Tangkelasa -
    7. Scleropages jardini Arowana Irian; Peyang
    Irian; Kaloso
    -

    6) Jenis-jenis fauna dari famili Anthozoa
    No. Species Nama LainKeterangan
    1. Anthiphates spp Akar bahar; Koral hitam -

    7) Jenis-jenis fauna dari famili Bivalvia
    No. Species Nama LainKeterangan
    1. Birgus latro Ketam kelapa -
    2. Cassis cornuta Kepala kambing -
    3. Charonia tritonis Triton terompet -
    4. Hippopus hippopus Kima tapak kuda, Kima kuku beruang -
    5. Hippopus porcellanus Kima Cina -
    6. Nautilus popillius Nautilus berongga -
    7. Tachipleus gigas Ketam tapak kuda -
    8. Tridacna crocea Kima kunai; Lubang -
    9. Tridacna derasa Kima selatan -
    10. Tridacna gigas Kima raksasa -
    11. Tridacna maxima Kima kecil -
    12. Tridacna squamosa Kima sisik; Kima seruling -
    13. Trochus niloticus Troka; Susur bundar -
    14. Turbo marmoratus Batu laga; Siput hijau -

    Berdasarkan IUCN (2001), jumlah binatang yang tergolong extinct/punah sebanyak 723, Extinct in the wild/punah dialam liar sebanyak 38, Critically endangered/kritis sebanyak 1.742, Endangered/genting atau terancam sebanyak 2.573, vulvnerable/rentan sebanyak 4.467, Near threatened/hampir terancam sebanyak 2.574, Least concern/beresiko rendah sebanyak 17.535 dan yang tergolong data deficient/informasi kurang sebanyak 5.813.

    Selanjutnya menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), untuk spesies - spesies flora dan satwa liar yang terancam punah di muat dalam lampiran (appendix) yang menggolongkan keadaan satwa liar pada tingkatan yang terdiri dari :

    a) Appendix I
    Memuat daftar dan melindungi seluruh spesies satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan internasional secara komersial. Jumlahnya sekitar 800 spesies yang terancam punah jikalau perdagangan tidak dihentikan. Di Indonesia Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang masuk dalam Appendix I CITES yaitu 63 jenis satwa yang terdiri dari Mamalia 37 jenis, Aves 15 jenis, Reptil 9 jenis, Pisces 2 jenis, dan 23 jenis tumbuhan

    b) Appendix II
    Memuat daftar dari spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Jumlahnya sekitar 32.500 spesies. Selain itu, Appendix II juga memuat spesies yang terlihat seolah-olah dan gampang keliru dengan spesies yang didaftar dalam Appendix I.

    c) Appendix III
    Memuat daftar spesies satwa liar yang telah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas daerah habitatnya, dan memperlihatkan pilihan (option) bagi negara-negara anggota CITES jikalau suatu ketika akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix II, bahkan mungkin ke Appendix I. Jumlah yang masuk dalam Appendix III sekitar 300 spesies. Spesies yang dimasukkan ke dalam Appendix III yaitu spesies yang tidak terancam punah tetapi dimasukkan ke dalam daftar sesudah salah satu negara anggota meminta dukungan para pihak CITES dalam mengatur perdagangan suatu spesies.

    Thursday, June 25, 2020

    Deskripsi Fauna Yang Dilindungi

    Berdasarkan UU No.5 tahun 1990 wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Jenis fauna yang dilindungi yakni jenis fauna yang digolongkan kedalam satwa dalam ancaman kepunahan dan satwa yang populasinya jarang atau langka.  Beberapa jenis fauna yang dilindungi antara lain famili mamalia (Menyusui), famili Aves (Burung), famili Reptil (Melata),  famili Insekta (Serangga) , famili pisces (Ikan),  famili Anthozoa dan  famili Bivalvia.

    Jenis fauna sanggup lebih dikenal apabila dideskripsikan dengan baik, dengan menjelaskan dari beberapa indikator antara lain menyerupai deskripsi fauna (kebiasaan, makanan, perkembangbiakan, suara, habitat, reproduksi) dan klasifikasinya . Berikut akan dicontohkan dalam pembuatan deskripsi fauna berdasarkan kriteria baku sebagai berikut .

    1) Jenis Aves (burung)
    Contoh fauna dari jenis aves yang dilindungi yakni Elang/alap Meyer sanggup dilihat menyerupai pada gambar di bawah ini.
     wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Deskripsi Fauna Yang Dilindungi
    Nama Latin :Accipiter meyerianus (Sharpe,1878) Klas: Aves
    Nama Inggris :Meyer’s Goshawk Ordo: Falconivormes
    Klasifikasinya :Accipiter meyerianus Family: Accipitridae
    Kingdom :Animalia Genus: Accipiter
    Phylum :Chordata Species: Accipiter meyerianus

    Deskripsi:
    Berukuran besar (53 cm), pada fase normal bab badan atas kehitaman dan badan bab bawah keputih-putihan, sedangkan pada fase hitam, seluruh badan berwarna hitam. Dalam semua fase bulu, iris tetap berwarna hitam. Usia remaja badan bab atas coklat renta kusam dengan sisi bulu tipis. Suara, nada sengau keras meninggi lebih cepat dan tanpa kekuatan nada menyambung naik menyerupai pada Elang-alap Bahu-coklat.

    Penyebaran global , ditemukan di Maluku, Papua, Kepulauan New Britain, dan Kepulauan Solomon. Penyebaran lokal sanggup ditemukan di seluruh Papua hingga pada ketinggian 1600 meter

    Kebiasaan, Elang-alap di hutan perbukitan yang kurang dikenal, biasanya terbang rendah di atas kanopi dan sesekali melambung tinggi. Bertengger di dahan pohon yang memungkinkan untuk melihat daerah sekitar. Terbang di sepanjang puncak perbukitan atau di lembah-lembah gunung pada pagi hari dan menyerang sekumpulan merpati yang hendak mencari makan. Makanannya yakni aneka macam jenis burung, termasuk ayam kampung.

    Perkembangbiakan, elang berkembangbiak sepanjang isu terkini hirau taacuh hingga awal isu terkini panas di Australia. Sarang biasanya diletakkan pada pohon yang tinggi dan pernah tercatat sarang dengan 3 (tiga) telur.

    2) Jenis Mamalia (Menyusui)
    Contoh fauna dari jenis mamalia yang dilindungi yakni Harimau Sumatera
     wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Deskripsi Fauna Yang Dilindungi
    a
    Nama Latin :Panthera tigris sumatrae (Pocock,1929) Klas: Mammalia
    Nama Inggris :Panthera tigris sumatrae Ordo: Carnivora
    Klasifikasinya :Accipiter meyerianus Family: Felidae
    Kingdom :Animalia Genus: Phantera
    Phylum :Chordata Species: Panthera tigris

    Deskripsi :
    Panjang Harimau Sumatera jantan sanggup mencapai 2,2 – 2,8 meter, sedangkan betina 2,15 – 2,3 meter. Tinggi diukur dari kaki ke tengkuk rata-rata yakni 75 cm, tetapi ada juga yang mencapai antara 80 – 95 cm, dan berat 130 – 255 kg. Hewan ini mempunyai bulu sepanjang 8 – 11 mm, surai pada Harimau Sumatera jantan berukuran 11 – 13 cm. Bulu di dagu, pipi, dan belakang kepala lebih pendek.

    Panjang ekor sekitar 65 – 95 cm. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang mengakibatkan mereka bisa berenang. Harimau sumatera umumnya beraktifitas dimalam hari.

    Habitat , Tipe lokasi yang biasanya menjadi pilihan habitat Harimau Sumatera di Indonesia bervariasi, dengan ketinggian antara 0 – 3000 meter dari permukaan laut, menyerupai :
    1. Hutan hujan tropis, hutan primer dan sekunder pada dataran rendah hingga dataran tinggi pegunungan, hutan savana, hutan terbuka, hutan pantai, dan hutan bekas tebangan
    2. Pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau, dan pantai air tawar
    3. Padang rumput terutama padang alang-alang
    4. Daerah datar sepanjang pemikiran sungai, khususnya pada sungai yang mengalir melalui tanah yang ditutupi oleh hutan hujan tropis
    5. Juga sering terlihat di daerah perkebunan dan tanah pertanian
    6. Selain itu juga banyak harimau ditemui di areal hutan gambut.

    Harimau Sumatera bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar waktunya hidup menyendiri, kecuali selama isu terkini kawin atau memelihara anak.

    Makanan, Harimau Sumatera termasuk jenis Carnivora yang biasanya memangsa : Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi hutan (Sus sp.). Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera (Macaca ), Landak (Hystrix brachyura), Trenggiling (Manis javanica), jenis-jenis Reptilia menyerupai kura-kura, ular, dan biawak, serta aneka macam jenis burung, ikan, dan kodok dan jenis-jenis satwa liar lainnya. Hewan peliharaan atau ternak yang juga terkadang menjadi mangsa Harimau.

    Perkembangbiakan, Harimau sumatra sanggup berbiak kapan saja. Masa kehamilan yakni sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 ahad pertama. Sehabis itu mereka sanggup mencoba kuliner padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan.

    3) Jenis Insekta (Serangga)
    Contoh fauna dari jenis insekta yang dilindungi yakni Kupu Bidadari Cethosia myrina
     wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Deskripsi Fauna Yang Dilindungi
    a
    Nama Latin :Chitosia myrina (Pratama, 2012)) Klas: Insecta
    Nama Inggris :- Ordo: Lepidoptera
    Klasifikasinya :Cethosia myrina Family: Nymphalidae
    Kingdom :Animalia Genus: Cethosia
    Phylum :Arthropoda Species: Cethosia myrina

    Deskripsi: kupu-kupu bidadari atau kupu-kupu sayap renda sulawesi ataupun brown accented butterfly ini mempunyai lebar rentang sayap hingga 75 mm. Penyebaran global, Terdapat di pulau Sulawesi bab Selatan dan Utara, hingga merupakan kupu-kupu endemik Sulawesi.

    4) Jenis Reptil (binatang melata)
    Contoh fauna dari jenis Reptil yang dilindungi yakni Penyu Hijau Chelonia mydas yang dilindungi
     wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Deskripsi Fauna Yang Dilindungi
    a
    Nama Latin :Chelonia mydas (Linnaeus, 1758) Klas: Reptilia
    Nama Inggris :- Ordo: Tustedines
    Klasifikasinya :Chelonia mydas Family: Cheloniidae
    Kingdom :Animalia Genus: Chelonia
    Phylum :Chordata Species: Chelonia mydas

    Deskripsi
    Penyu hijau mendapat namanya dari warna lemak pada bab bawah cangkangnya yang berwarna hijau. Panjang binatang anggun dan manis ini sanggup mencapai 90 cm dengan bobot hingga 150 kg.

    Penyebaran global, penyu hijau sanggup temukan di Kepulauan Derawan, Raja Ampat, Pantai Pangumbahan di Sukabumi, serta Tanjung Benoa dan Pulau Serangan di Bali.

    Habitat, Penyu hijau sangat jarang ditemui di perairan beriklim sedang, tetapi sangat banyak tersebar di wilayah tropis akrab dengan pesisir benua dan sekitar kepulauan. Makanan, Penyu hijau remaja serupakan penyu bahari herbivora. Makanan utama mereka dalah lamun bahari atau alga, yang hidup di perairan tropis da subtropik. Tetapi anak-anaknya diasumsikan omnivore untuk mempercepat pertumbuhan badan mereka. Kemungkinan besar terjadi transisi bertahap, dikala penyu mencapai besar yang cukup untuk sanggup menghindari predatornya.

    Perkembangbiakan, usia untuk kematang seksualnya tidaklah pasti, asumsi dikala ini sekitar 45 hingga 50 tahun. Penyu hijau betina bermigrasi dalam wilayah yang luas, antara daerah mencari makan.

    5) Jenis Pisces (Ikan)
    Contoh fauna dari jenis ikan yang dilindungi yakni Ikan Raja Laut Latimeria chalumnae.

     wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Deskripsi Fauna Yang Dilindungi
    a
    Nama Latin :Latimeria chalumnae (Wikipedia, 2012) Klas: Sarcopterygii
    Nama Inggris :- Ordo: Coelacanthiformes
    Klasifikasinya :Latimeria chalumnae Family: Latimeriidae
    Kingdom :Animalia Genus: Latimeria
    Phylum :Chordata Species: Latimeria chalumnae

    Deskripsi:
    Ekor ikan purba ini berbentuk menyerupai kipas dengan mata yang besar dan sisik yang terlihat tidak tepat (seperti batu). Panjangnya mencapai 2 meter dengan berat mencapai 80-100 kg. Perbedaannya terdapat pada warna kulit Latimeria menadoensis yang berwarna coklat sedangkan Latimeria chalumnae berwarna biru baja. Habitat, ikan raja bahari mempunyai habitat di lautan dalam, 700 meter di bawah permukaan laut. Meskipun terkadang ikan purba ini bisa berada di kedalaman bahari 200 meter. Penyebaran global, pada tahun 1998, seekor ikan raja bahari tertangkap di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara.

    6) Jenis Bivalvia
    Contoh fauna dari jenis Bivalvia yang dilindungi yakni Kima Cina Hippopus porcellanus
     wacana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Deskripsi Fauna Yang Dilindungi
    a
    Nama Latin :Hippopus porcellanus (Rosewater, 1982) Klas: Bivalvia
    Nama Inggris :- Ordo: Veneroida
    Klasifikasinya :Hippopus porcellanus Family: Tridacnidae
    Kingdom :Animalia Genus: Hippopus
    Phylum :Mollusca Species: Hippopus porcellanus

    Deskripsi
    Memiliki jenis kulit halus, umumnya mencapai 50 cm. Kebiasaan, tinggal di simbiosis dengan fotosintesis dinoflagellata ganggang ( Symbiodinium ) yang tumbuh di mantel jaringan Mereka Sessile di usia dewasa. Habitat, Mendiami terumbu karang dangkal berpasir dan daerah reruntuhan akrab rataan terumbu. Penyebaran global, Indonesia bab timur, Selatan Filipina, Palau, dan Papua Nugini.

    Perkembangbiakan, kematangan seksual dicapai dalam 3 hingga 5 tahun. Setiap spesies matang pada usia yang berbeda. Beberapa kerang menjadi seksual remaja sebagai pria dalam waktu dua tahun dan kemudian akan secara sedikit demi sedikit mendapat gonad betina. Meskipun kerang mempunyai organ kelamin betina dan jantan pada dikala jatuh tempo, pelepasan sperma dan telur yang terpisah. Hal ini untuk mencegah pembuahan diri sendiri, meskipun tidak dijamin untuk melakukannya. Biasanya, sperma dilepaskan pertama dan kemudian telur.

    7) Jenis Anthozoa
    Contoh fauna dari jenis Anthozoa yang dilindungi yakni akar bahar Anthiphates spp.

    Deskripsi:
    Karang terdiri dari satu jenis polip atau lebih yang menutupi permukaan, kerangka luar dari kapur yang dihasilkan oleh epidermis. Kerangka itu akan terus menerus bertambah alasannya tumbuh berdasarkan tinggi dan diameternya. Kerangka karang (skeleton) tersusun atas karbonat (CaCO3) yang disekresikan oleh epidermis pada bab tengah di bawah polip

    Habitat, akar bahar biasa pada temperatur air bahari + 200C, dalam bahari + 35 m, terletak pada lingkungan antara 280 LU dengan 280 LS, andaikata ada perubahan temperatur maka perubahan tak melebihi 60C naiknya dan 60C turunnya, air bahari ditempat tersebut bisa banyak mengandung O2, air bahari harus jernih, air bahari mempunyai salinitas / kadar garam tertentu. Kebiasaan, hidupnya koloni, mensekresikan zat tanduk sebagai kerangkanya.

    Reproduksi, binatang karang sanggup terjadi secara seksual maupun non seksual. Reproduksi Aseksual karang dilakukan dengan cara membentuk tunas. Tunas ini biasanya akan tumbuh di permukaan bab bawah atau pada bab pinggir koloni karang. Tunas gres akan tetap menempel hingga ukuran tertentu hingga sanggup melepaskan diri dan menjadi individu baru. Pembentukan tunas ini sanggup terjadi dilakukan dengan cara pertunasan intretentakular, yaitu pembentukan individu gres dalam individu lama, sedangkan pertunasan ekstrakurikuler merupakan pembentukan individu lama.

    Teknik Identifikasi Jenis Fauna/Satwa Yang Dilindungi

    Menurut PP No. 7 tahun 1999, pengenalan jenis satwa yakni upaya untuk mengenal jenis, keadaan umum, status, populasi dan tempat hidupnya yang dilakukan di dalam habitatnya. Identifikasi satwa yakni suatu aktivitas mengidentifikasi/mencocokkan satwa dengan buku-buku (gambar-gambar atau ciri-ciri yang ada) atau pribadi melihat satwa itu sendiri.

    Identifikasi diharapkan untuk mengetahui citra umum secara kualitatif status populasi suatu jenis.  Identifikasi satwa (mahluk hidup) berarti suatu perjuangan menemukan identitas suatu satwa (makhluk hidup). Identifikasi sanggup dilakukan dengan dengan membandingkan satwa yang ingin diketahui dengan gambar didalam buku atau antara satwa dengan material yang sudah diketahui identitasnya. Cara yang paling cepat dan memuaskan kesudahannya yakni dengan pergi ke lapangan bersama spesialis yang benar-benar mengetahui perihal banyak sekali jenis satwa.

    Perlengkapan yang sering dipakai dalam melaksanakan identifikasi yakni buku kunci (kunci dikotomis/kunci determinasi), teropong, buku catatan, gambar-gambar atau foto, kompas, GPS, dll. Untuk memahami buku kunci seseorang harus memahami sifat dan keragaman bentuk serta ukuran binatang yang diidentifikasi.

    Identifikasi pada satwa sanggup dilihat melalui belahan tubuh yang mengambarkan sifat-sifat khusus penunjuk adanya keragaman morfologis, antara lain:
    1. Susunan kulit dan modifikasinya,
    2. Susunan alat gerak,
    3. Susunan bagian-bagian tubuh (kepala-badan-ekor) dan modifikasi hubungannya,
    4. Susunan endoskeleton
    5. Susunan gigi,
    6. Lubang hidung,
    7. Susunan alat indera pendengaran belahan luar, dan
    8. Susunan matanya

    Mengidentifikasi jenis satwa yang dilindungi sanggup dilakukan secara pribadi dan secara tidak langsung.

    A. Identifikasi fauna secara langsung
    Identifikasi secara tidak pribadi sanggup melalui bunyi dan bunyi, jejak, sarang, gejala pada habitat, kotoran, dan bagian-bagian dari satwa itu sendiri Berikut pola cara identifikasi secara pribadi terhadap jenis Macan Kumbang (Panthera pardus Sondaicus) Tata cara pelaksanaan di lapangannya yakni :
    1. Persiapkan blanko untuk mencatat data fauna,
    2. Tuliskan ciri-ciri fisik yang akan diamati pada blanko, menyerupai bentuk mata, panjang kaki, warna bulu, kulit, ukuran tubuh dan lain-lain terkait fauna yang akan diamati.
    3. Tuliskan jenis fauna yang termasuk dalam satu familinya
    4. Beri tanda checklist pada ciri-ciri fauna yang diamati menyerupai pada pola Tabel Pengamatan/ Identifikasi Satwa secara langsung
    Contoh Tabel Pengamatan/ Identifikasi Satwa secara langsung
    Aspek yang diamati Ciri Satwa KucingMacan TutulMacan KumbangHarimau
    Bulu Hitam belang- - -
    Ukuran Tubuh ½ meter
    Kulit Loreng-
    Suara Mengaung- -
    Warna Gelap- - -

    Berdasarkan hasil identifikasi secara pribadi menyerupai yang terlihat bahwa yang memiliki ciri-ciri satwa yang sesuai dengan kriteria yakni jenis Macan Kumbang. Satwa ini memiliki ciri warna bulunya hitam belang, ukuran tubuh ½ meter, kulitnya loreng, suaranya mengaung, dan warnanya gelap. Tabel diatas mempermudah kita dalam melaksanakan identifikasi satwa secara langsung.

    B. Identifikasi satwa secara tidak langsung
    Identifikasi secara pribadi sanggup secara kasat mata dilihat atau pribadi ketemu dengan satwa itu sendiri dengan mengamati ciri-ciri satwa, ukuran dan bentuk tubuh, warna bulu atau kulit dan penanda lainnya. Identifikasi secara tidak pribadi sanggup dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    1. Referensi
    Referensi yakni sesuatu yang dipakai pemberi informasi untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan rujukan. Cara ini dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri satwa yang diperoleh di lapangan hasil pengukuran dengan buku-buku/gambar-gambar yang ada dalam buku petunjuk fauna terkait

    2. Bertanya pada masyarakat setempat
    Masyarakat yang ditanya tentunya orang yang sudah lama berada pada unit/lokasi pengamatan atau orang yang memang mengetahui adanya fauna tersebut ada di lokasi pengamatan Berikut ada beberapa tanda yang sanggup dipakai dalam identifikasi satwa secara tidak langsung.

    a) Identifikasi Jejak Satwa
    Jejak satwa dalam arti sempit yakni bekas pijakan kaki yang ditinggalkan pada tanah yang dilalui. Pengetahuan dalam bidang morfologi satwa dalam hal ini sangat diperlukan, terutama mengenal bentuk kaki satwa. Tempat-tempat untuk sanggup menemukan jejak satwa antara lain: di tepi sungai, tempat berkubang atau minum, pantai, tempat-tempat istirahat, di tempat kering (tempat mengasin), di lorong-lorongan rumpun bambu dan tanaman-tanaman lain.

    b) Identifikasi melalui Kotoran (feces) Satwa
    Beberapa jenis satwa biasanya mengatakan kotoran yang khas. Hal penting yang harus diperhatikan dalam inovasi kotoran yakni apakah kotoran masih gres atau sudah lama, menjadi kering, pecah, atau sudah ditumbuhi tumbuhan rendah. Hal ini penting untuk mengetahui sudah berapa hari atau berapa ahad satwa tersebut berada di situ

    c) Melalui bagian-bagian Satwa
    Beberapa jenis satwa memiliki kebiasaan untuk meninggalkan atau melepas bagian-bagian dari badannya (seperti: tanduk, tulang, kulit, bulu, bulu duri, telur dan lainnya). Dari bagian-bagian satwa tersebut sanggup diketahui ada tidaknya suatu jenis satwa di tempat pengamatan.

    d) Melalui Suara dan Bunyi Satwa
    Suara yang dimaksudkan disini yakni sesuatu yang kita dengar dan yang dikeluarkan oleh lisan satwa, sedangkan yang dimaksud dengan bunyi yakni sesuatu yang kita dengar sebagai akhir dari tingkah laris suatu jenis satwa dan bunyi tersebut sangat khas.

    e) Identifikasi Melalui Tanda-tanda pada Habitat
    Adanya tanda di habitat sanggup mengatakan bahwa di kawasan tersebut ada sesuatu jenis satwa tertentu. Tanda-tanda tersebut sanggup berupa :
    1. Gigitan-gigitan pada daun yang dimakan (tergantung letak tinggi rendahnya daun yang dimakan).
    2. Gigitan dari kulit pohon dan akar pohon
    3. Pucuk-pucuk pohon yang patah
    4. Terdapatnya lumpur pada semak, rumput atau pepohonan
    5. Adanya bekas cakaran, dan kikisan pada tebing-tebing tanah atau padas
    6. Adanya bekas cakaran kuku pada pohon
    7. Adanya bekas kencing satwa yang ditandai dengan adanya lobang-lobang kecil di tanah ukiran pada daun atau semak
    8. Adanya alur-alur lintasan satwa
    9. Kondisi dan bentuk tempat istirahat
    10. Adanya bekas luka gigitan, cakaran dan lain-lainnya pada bangkai binatang.
    Tanda-tanda sekunder antara lain :
    1. Adanya/ditemukan sisa buah-buahan yang dimakan.
    2. Adanya goyang-goyangan daun/ pepohonan dan semak di hutan
    3. Adanya atau ditemukannya jenis-jenis perangkap di hutan biasanya perangkap untuk masing-masing jenis satwa berlainan. Seperti bambu yang dipancangkan, jerat dari kawat dan jaring. Sinembuk yakni semacam panah yang besar lengan berkuasa dan besar yang dipasang di antara 2 (dua) pohon dan ditempatkan pada alur lintasan satwa.
    4. Adanya sinar pantulan dari mata satwa terutama pada waktu malam hari. 
    5. Adanya atau ditemukannya umpan menyerupai misalnya: kambing, biri-biri yang ditambat di tengah hutan dan binatang kecil sebagai umpan buaya dan lain sebagainya.
    6. Adanya reaksi dari satwa yang biasa hidupnya berkelompok tetapi kedapatan berada sendirian.

    f) Identifikasi melalui Bau-bau Satwa
    Bau-bauan satwa yang dimaksud di sini yakni wangi khas yang mencolok dan sanggup dicium oleh manusia. Bau tersebut berasal dari suatu kelenjar yang dimiliki tubuh satwa.

    g) Identifikasi melalui Sarang Satwa
    Sarang satwa yakni sesuatu yang dengan sengaja atau tidak dibangun oleh suatu jenis satwa yang dipakai untuk perkembangbiakan dan atau dipakai sebagai tempat tidur. Contoh identifikasi satwa menurut gejala pada habitatnya antara lain:
     pengenalan jenis satwa yakni upaya untuk mengenal jenis Teknik Identifikasi Jenis Fauna/Satwa yang Dilindungi
    Jenis primata : adanya sisa makanan buah-buahan yang dimakan dan goyangan daun/pepohonan dan semak

    Harimau loreng (Panthera tigris)
    1. adanya tanda garukan (cakaran) pada pohon untuk mempertajam kukunya. Bekas cakaran sanggup setinggi 2,5 meter pada batang pohon biasanya lebih rendah.
    2. ditemukannya umpan di hutan.
    3. adanya bekas kuku dan gigitan dari bangkai binatang yang dimakannya
    4. adanya goyangan daun/ pepohonan atau semak di hutan.
    5. adanya pantulan sinar hijau dari matanya di waktu malam hari
    Badak Sumatera (Dicemoceros sumatrensis)
    1. biasanya menerjang dengan tanduknya yang mengakibatkan belukar tersebut menjadi rata dengan tanah.
    2. terdapatnya bekas kubangan yang luas di tempat yang becek.
    3. kadang-kadang menghembuskan semacam cairan dari lubang hidungnya (pertama berwarna jernih agak merah halus menyerupai air dengan sedikit anggur di dalamnya, kemudian menjadi keruh berwarna oranye kotor, menyerupai ludah pemakan sirih) pada tanah atau semak-semak bawah.
    4. bekas gigitan pada daun yang agak tinggi.
    5. terdapatnya lumpur pada semak, pepohonan atau rumput.
    6. adanya jerat (sinembuk) yang dipasang pada alur-alur di hutan.

    Contoh Beberapa jenis satwa dari bau-bau satwa
    1. Trenggiling (Manis javanicus), luwak, (Paradoxurus hermaphroditus) musang (Paradoxurus hermaprodytus), rusa (Cervus unicolor), kalong (Pteropus sp), dan rino ( Rhinoceros sp.)
    Contoh beberapa jenis satwa sanggup diketahui melalui sarangnya antara lain:
    1. Mawas/Orang Utan (Pongo pymaeus). Mempunyai kebiasaan menciptakan sarang di hutan yang agak terbuka, di atas pohon yang tinggi pada dahan / cabang pohon di ketinggian 12 m - 20 m dari atas tanah. Bentuk sarangnya sederhana disusun dari ranting-ranting pohon dan daun, dan bentuk sarangnya sangat khas sekali. 
    2. Landak (Hystrix brachyula).Membuat sarang dalam tanah dengan menciptakan lubang menggunakan kukunya. Biasanya di muka lubang ada gundukan tanah bekas galian dan higienis dari flora atau sampah.
    3. Babi Hutan (Sus spp.). Sarang dibentuk dari patahan semak belukar yang ditumpuk di atas tanah di tempat yang rimbun. Sering dipakai sebagai tempat istirahat (tidur).
    4. Beruang (Helaetos malayanus).Biasanya menciptakan sarang menyerupai sarang orang utan, hanya letaknya lebih rendah.