Monday, February 17, 2020

Unsur Kebahasaan Teks Cerpen

Cerita pendek (cerpen) yaitu bentuk prosa gres yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, tetapi hal itu tidak mengakibatkan perubahan nasib tokohnya.

Cerpen ditulis pengarang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari yang dialaminya. Pengalaman hidup ini kemudian diekspresikan ke dalam cerpen. Proses penciptaannya bukan semata-mata menggambarkan kehidupan kasatmata itu, melainkan didasari oleh pandangan pengarang. Pandangan inilah yang menggambarkan nilai dalam suatu cerpen. Seperti halnya sebuah kisah tentunya cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang sanggup kita ambil sebagai contoh, diantaaranya adalah.
  1. Nilai agama : Berkaitan dengan pelajaran agama yang sanggup dipetik dalam teks cerpen.
  2. Nilai Sosial : Berkaitan dengan pelajaran yang sanggup dipetik dari interaksi sosial antara para tokoh dan lingkungan masyarakat dalam teks cerpen.
  3. Nilai moral : Nilai ini berkaitan dengan nilai yang dianggap baik atau jelek dalam masyarakat. Dalam cerpen nilai moral sanggup berupa nilai moral negatif (buruk) atau nilai moral positif (baik).
  4. Nilai budaya : Nilai yang berkaitan bersahabat dengan kebudayaan , kebiasaan, serta tradisi etika istiadat.
 yaitu bentuk prosa gres yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang t Unsur Kebahasaan Teks Cerpen
Unsur Kebahasaan Teks Cerpen
Unsur kebahasaan teks cerpen yaitu unsur-unsur yang membangun teks tersebut. Beberapa unsur kebahasaan teks cerpen antara lain ragam bahasa sehari-hari, kosakata, majas atau gaya bahasa, dan kalimat deskriptif.. berikut ini klarifikasi mengenai unsur kebahasaan teks cerpen.

a. Ragam Bahasa Sehari-hari atau Bahasa Tidak Resmi
Cerpen merupakan kisah fiksi bukan karangan ilmiah (nonfiksi) yang harus memakai bahasa resmi. Cerpen mengisahkan kehidupan sehari-hari. Kalimat ujaran pribadi yang digunakan sehari-hari menciptakan cerpen terasa lebih nyata.

Dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku” karya Hiakri Inka, kita sering menemukan bahasa pergaulan sehari-hari.
Contoh:
“Coba deh kau pikir alasan kau ingin jadi psikolog, penyiar, novelis, niscaya ada alasannya, kan?” potong kak Ruri. “Aku ingin jadi psikolog alasannya saya ingin memotivasi orang. Aku ingin jadi penyiar alasannya saya menganggap pekerjaan itu asyik. Aku ingin novelis alasannya saya suka nulis. Aku ingin jadi guru karena…”
b. Kosakata
Seorang penulis cerpen harus memiliki banyak perbendaharaan kata. Pilihan kata atau diksi sangatlah penting alasannya menjadi tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan. Diksi menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang digunakan dengan pokok isi cerpen yang ingin disampaikan kepada pembaca.Contoh kosakata yang terdapat dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku”
  1. antusias = bergairah; bersemangat.
  2. kriteria = ukuran yang menjadi dasar evaluasi atau penetapan sesuatu
  3. motivasi = dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melaksanakan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
  4. monoton = selalu sama dengan yang dulu; itu-itu saja; tidak ada ragamnya
  5. mantan = bekas pemangku jabatan, (catatan: eks/bekas kekasih)
  6. profesi = Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb.) tertentu
  7. reporter =  penyusun laporan, wartawan
  8. risiko = akhir yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
  9. strategi = rencana yang cermat acara untuk mencapai target khusus

c. Majas (Gaya Bahasa)
Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya. Majas disebut juga bahasa berkias yang sanggup menghidupkan atau meningkatkan imbas dan mengakibatkan konotasi tertentu.

Terdapat sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis), majas kontradiksi (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks), majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), dan majas perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke).

1. Majas perbandingan
Majas Perbandingan yaitu “Kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan dibagi menjadi:
  1. Metafora: majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau tingkatan lain. Metafora merupakan majas perbandingan langsung, tidak memakai kata penanda perbandingan; seperti, bagaikan, laksana. Contoh: Raja siang telah bangkit dari peraduannya (matahari).
  2. Personifikasi: penginsanan yang meletakkan sifat- sifat manusia/insan kepada benda yang tidak bernyawa. Contoh: Mobil itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak
  3. Depersonikasi: majas berupa perbandingan insan dengan binatang atau dengan benda. Contoh: Dikau langit, daku bumi.; Aku heran melihat Joko mematung.
  4. Alegori: majas yang membandingkan suatu hal secara tidak pribadi melalui kiasan atau penggambaran yang berafiliasi dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Suami sebagai nahkoda, istri sebagai jurumudi.
  5. Antitesis: majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan paduan kata berlawanan arti. Contoh: Hidup matinya insan yaitu kuasa Tuhan.

2. Majas Pertentangan
Majas Pertentangan yaitu “Kata-kata berkias yang menyatakan kontradiksi dengan yang dimaksudkan bahwasanya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Yang termasuk Majas Pertentangan:
  1. Litotes yaitu majas yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif yang tujuannya untuk merendahkan hati. Contoh: Datanglah ke gubuk orang tuaku.
  2. Hiperbola yaitu majas jikalau orang ingin melukiskan kejadian atau keadaan dengan cara berlebih-lebihan. Contoh: Hatiku terbakar, darahku mendidih mendengar kabar yang kau berikan.
  3. Paradoks yaitu majas yang mengandung kontradiksi yang hanya kelihatan pada arti kata yang berlawanan, padahalnya maksud sesungguhnya tidak alasannya objeknya berlainan. Contoh: Zuqi merasa kesepian di tengah kota yang ramai.
  4. Klimaks yaitu majas berupa susunan ungkapan yang semakin usang semakin menekan dan memuncak. Contoh: Sejak menuai benih, tumbuh, hingga menuainya, saya sendiri yang mengerjakannnya.
  5. Antiklimaks yaitu majas yang bertentangan dari klimaks. Pada antiklimaks makna yang tergantung pada kata-kata diucapkan berturut-turut makin usang makin melemah tingkatannya. Contoh: Dari pejabat tinggi, menengah, hingga rendah turut mencicipi keprihatinan itu.
  6. Ironi yaitu kata yang digunakan memiliki makna bertentangan dengan maksud sesungguhnya, contohnya mengemukakan ketidaksesuaian antara cita-cita dan kenyataan dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. Contoh: Merdu sekali suaramu hingga membuatku terbangun.

3. Majas pertautan
Majas Pertautan yaitu ”Kata-kata berkias yang bertautan (berasosiasi) dengan gagasan, ingatan atau acara panca indra pembicara atau penulisnya”. Terdapat majemuk asosiasi sehingga membentuk majemuk Majas Pertautan.
  1. Eufemisme yaitu majas yang memakai ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan. Contoh: Rupanya anak ibu sudah berubah akal. (gila)
  2. Metonimis yaitu majas yang mengemukakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Contoh: Ayahku ke Bali naik Rajawali. (Rajawali nama pesawat terbang)
  3. Sinekdoke yaitu majas yang menyebutkan nama serpihan untuk menyebut nama seluruhnya (pars prototo) dan menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya (totum proparte). Contoh: Saya tidak melihat batang hidungnya Steve hari ini. (pars prototo), Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 3:0. (totum preparte).

4. Majas perulangan
Majas peruulangan merupakan ungkapan gaya bahasa yang menegaskan pernyataan dengan tujuan peningkatan efek dan kesan tertentu terhadap pembaca atau pendengar. Berikut jenis dan klarifikasi majas perulangan beserta contohnya!
  1. Repetisi yaitu majas penegasan yang mengulang melukiskan sesuatu perulangan kata atau beberapa kata pada beberapa kalimat. Contoh: Hidup yaitu perjuangan. Hidup yaitu pengorbanan.
  2. Tautologi yaitu majas yang mengulang kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Contoh: Sungguh teganya, teganya, teganya, teganya.
  3. Anafora yaitu majas penegasan menyerupai repetisi tetapi biasa digunakan dalam puisi.
  4. Contoh: Memberi tak harus kaya// Memberi tak harus ada// Memberi dengan hati
  5. bukan alasannya paksaan.

d. Kalimat Deskriptif
Kalimat deskriptif yaitu kalimat yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu. Dalam cerpen, kalimat deskriptif digunakan untuk menggambarkan suasana, tempat, tokoh dalam cerita. Contohnya dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku ” karya Hiakri Inka.
Aku menatap kemudian lalang kendaraan beroda empat dengan pandangan bingung. Bus yang membawaku pulang ke rumah melaju kencang atau sanggup dibilang ugal-ugalan. Jujur, saya bingung. Kejadian di sekolah tadi masih mengganggu pikiranku. Memang bukan kejadian besar, tetapi itu membuatku berpikir keras dan berusaha mencari kejelasan atas apa yang saya lakukan.
(Suasana hati tokoh saya dan suasana bus yang mengantarkan tokoh saya pulang ke rumah
dari sekolah).

No comments:

Post a Comment