Monday, February 17, 2020

Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Aspek sosial anak berkaitan dengan korelasi atau kekerabatan anak dengan orang-orang di sekitarnya. Lama sebelum matanya sanggup melihat dengan jelas, bayi yang gres dilahirkan akan merespon bunyi atau bunyi dan memusatkan perhatian pada asal bunyi sebagaimana layaknya orang dewasa. Hal ini memperlihatkan bahwa insan secara kodrati ialah makhluk sosial yang memperlihatkan ketertarikan pada kekerabatan sosial.

Pada masa awal hidup manusia, yang disebut dengan anak usia dini, akan menyebarkan rasa kepercayaan pada lingkungan. Dengan menawarkan perawatan dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan perhatian yang konsisten anak akan merasa mendapatkan keamanan dan kenyamanan sosial sebagai modal dalam menyebarkan kepercayaan pada lingkungan. Anak yang merasa percaya pada lingkungan akan sanggup menyebarkan persahabatan dan kedekatan dengan orang lain.

Ketika mulai tergabung dalam kelompok bermain dan taman kanak-kanak, anak usia pra-sekolah akan mencar ilmu menyebarkan interaksi sosialnya dengan lebih luas. Tidak hanya dengan anggota keluarga yang lain tetapi juga terhadap guru, teman sebaya beserta anggota keluarga teman tersebut.
Untuk sukses dalam mengikuti keadaan dengan lingkup pergaulan yang makin meluas tersebut tentu saja keterampilan anak harus dilatih. Sesuai dengan kiprah perkembangan anak, maka kegiatan bermain merupakan sarana yang paling sempurna untuk menyebarkan keterampilan sosial anak.

Sebagai dasar pembelajaran dan menyebarkan sosial anak, seorang pendidik atau orang bau tanah harus mengetahui huruf dasar perkembangan sosial anak, biar pembelajaran dan umpan balik yang diberikan pada anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Berikut beberapa teori perkembangan sosial anak :

Tahapan Perkembangan Psikososial berdasarkan Erikson
Tahap PerkembanganUmurElemen untuk Hasil Positif
Trust vs MistrustMasa bayi
0-1 tahun
Bayi membutuhkan gizi dan perawatan serta kasih sayang, tanggung jawab orangtua dan konsistensi pengasuhan dari orangtua
Autonomy vs. Shame & DoubtMasa baduta
1 - 2 tahun
Kontrol yang lebih baik terhadap diri sendiri dalam lingkungannya, mulai mencar ilmu makan, kontrol pembuangan, berpakaian. Orangtua meyakinkan bahwa anak bisa, dan menghindari terlalu bersikap melindungi
Initative vs GuiltMasa prasekolah
2 - 6 tahun
Menjalankan kegiatan diri, mencar ilmu mendapatkan tanpa rasa salah bila tidak sanggup mencapainya, imajinasi, bermain kiprah ibarat orang dewasa. Belajar inisiatif bukan hanya meniru, terbentuknya nurani dan identitas seksual
Industry vs inferiorityMasa sekolah
6 -12 tahun
Menemukan kesenangan dan produktif, bertetangga, menjalin korelasi dengan teman sebaya, interaksi di sekolah. Belajar kepercayaan diri dengan meningkatkan keterampilan
Loree (Nurihsan, 2007 : 164) dengan mensitir pendapat English & English (1958) menjelaskan lebih lanjut bahwa sosialisasi itu merupakan suatu proses di mana individu (terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan-tuntutan kehidupan (kelompoknya); mencar ilmu bergaul dengan dan bertingkah laris ibarat orang lain, bertingkah laris di dalam lingkungan sosio-kulturalnya.
Aspek sosial anak berkaitan dengan korelasi atau kekerabatan anak dengan orang Perkembangan Sosial Anak Usia DIni
Perkembangan sosial (Nurihsan, 2007:166), dengan demikian sanggup diartikan sebagai sequence dari perubahan yang bersinambungan dalam sikap individu untuk menjadi makhluk sosial yang dewasa. Charlotte Buhler mengidentifikasikan perkembangan sosial ini dalam term kesadaran korelasi aku-engkau atau korelasi subjek-objek. Proses perkembangannya berlangsung secara berirama sebagai berikut:
  1. Masa kanak-kanak awal (0;0 - 3;0) : subjektif
  2. Masa krisis I (3;0 - 4;0) : trotz alter (anak -degil)
  3. Masa kanak-kanak simpulan (4;0 - 6;0) : subjektif menuju objektif
  4. Masa anak sekolah (6;0 - 12;0): objektif
  5. Masa krisis II (12;13) : pre-puber (anak tanggung)
  6. Masa remaja awal (13;0 - 16;0) : subjektif menuju objektif
  7. Masa remaja simpulan (16;0 - 18;0): objektif.
Bronson (Nurihsan, 2007 : 165) mengidentifikasikan berdasarkan hasil studi longitudinalnya terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga rujukan kecenderungan sosial pada anak, ialah: (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity dan (3) passivity-dominance. Kalau seseorang telah memperhatikan orientasinya pada salah satu rujukan tersebut, maka cenderung diikutinya hingga dewasa.

Pola pertama anak cenderung menarik diri secara tegas dari lingkungannya, mereka bahagia menyendiri dan cenderung introvert yaitu berorientasi ke dalam dirinya. Pola kedua anak cenderung merespons kehidupan yang ada di lingkungannya secara aktif. Adapun rujukan ketiga anak cenderung pasif, kurang merespons terhadap kehidupan yang terjadi di lingkungan yang ada di sekitarnya.

No comments:

Post a Comment