Pada masa awal hidup manusia, yang disebut dengan anak usia dini, akan menyebarkan rasa kepercayaan pada lingkungan. Dengan menawarkan perawatan dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan perhatian yang konsisten anak akan merasa mendapatkan keamanan dan kenyamanan sosial sebagai modal dalam menyebarkan kepercayaan pada lingkungan. Anak yang merasa percaya pada lingkungan akan sanggup menyebarkan persahabatan dan kedekatan dengan orang lain.
Ketika mulai tergabung dalam kelompok bermain dan taman kanak-kanak, anak usia pra-sekolah akan mencar ilmu menyebarkan interaksi sosialnya dengan lebih luas. Tidak hanya dengan anggota keluarga yang lain tetapi juga terhadap guru, teman sebaya beserta anggota keluarga teman tersebut.
Untuk sukses dalam mengikuti keadaan dengan lingkup pergaulan yang makin meluas tersebut tentu saja keterampilan anak harus dilatih. Sesuai dengan kiprah perkembangan anak, maka kegiatan bermain merupakan sarana yang paling sempurna untuk menyebarkan keterampilan sosial anak.
Sebagai dasar pembelajaran dan menyebarkan sosial anak, seorang pendidik atau orang bau tanah harus mengetahui huruf dasar perkembangan sosial anak, biar pembelajaran dan umpan balik yang diberikan pada anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Berikut beberapa teori perkembangan sosial anak :
Tahapan Perkembangan Psikososial berdasarkan Erikson
Tahap Perkembangan | Umur | Elemen untuk Hasil Positif |
---|---|---|
Trust vs Mistrust | Masa bayi 0-1 tahun | Bayi membutuhkan gizi dan perawatan serta kasih sayang, tanggung jawab orangtua dan konsistensi pengasuhan dari orangtua |
Autonomy vs. Shame & Doubt | Masa baduta 1 - 2 tahun | Kontrol yang lebih baik terhadap diri sendiri dalam lingkungannya, mulai mencar ilmu makan, kontrol pembuangan, berpakaian. Orangtua meyakinkan bahwa anak bisa, dan menghindari terlalu bersikap melindungi |
Initative vs Guilt | Masa prasekolah 2 - 6 tahun | Menjalankan kegiatan diri, mencar ilmu mendapatkan tanpa rasa salah bila tidak sanggup mencapainya, imajinasi, bermain kiprah ibarat orang dewasa. Belajar inisiatif bukan hanya meniru, terbentuknya nurani dan identitas seksual |
Industry vs inferiority | Masa sekolah 6 -12 tahun | Menemukan kesenangan dan produktif, bertetangga, menjalin korelasi dengan teman sebaya, interaksi di sekolah. Belajar kepercayaan diri dengan meningkatkan keterampilan |
Perkembangan sosial (Nurihsan, 2007:166), dengan demikian sanggup diartikan sebagai sequence dari perubahan yang bersinambungan dalam sikap individu untuk menjadi makhluk sosial yang dewasa. Charlotte Buhler mengidentifikasikan perkembangan sosial ini dalam term kesadaran korelasi aku-engkau atau korelasi subjek-objek. Proses perkembangannya berlangsung secara berirama sebagai berikut:
- Masa kanak-kanak awal (0;0 - 3;0) : subjektif
- Masa krisis I (3;0 - 4;0) : trotz alter (anak -degil)
- Masa kanak-kanak simpulan (4;0 - 6;0) : subjektif menuju objektif
- Masa anak sekolah (6;0 - 12;0): objektif
- Masa krisis II (12;13) : pre-puber (anak tanggung)
- Masa remaja awal (13;0 - 16;0) : subjektif menuju objektif
- Masa remaja simpulan (16;0 - 18;0): objektif.
Pola pertama anak cenderung menarik diri secara tegas dari lingkungannya, mereka bahagia menyendiri dan cenderung introvert yaitu berorientasi ke dalam dirinya. Pola kedua anak cenderung merespons kehidupan yang ada di lingkungannya secara aktif. Adapun rujukan ketiga anak cenderung pasif, kurang merespons terhadap kehidupan yang terjadi di lingkungan yang ada di sekitarnya.
No comments:
Post a Comment