Kata ialah satuan bahasa terkecil yang sanggup bangun sendiri. Kalimat ialah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan predikat. Berikut disajikan ciri kebahasaan fabel.
1. Pilihan Kata atau Diksi pada Fabel
Menunjukkan latar dengan pilihan kata yang gampang diimajinasikan Untuk memperlihatkan latar, baik latar suasana, latar waktu, maupun latar daerah diharapkan diksi yang tepat. Pemilihan diksi yang sempurna sanggup memudahkan pembaca mengimajinasikan latar. Berikut rujukan diksi untuk memperlihatkan latar. Buatlah menyerupai rujukan pada tabel yang belum terisi!
Latar Suasana | Latar Tempat | Latar Waktu |
---|---|---|
Hangat sinar matahari menyentuh kulit burung hantu digunakan untuk mendeskripsikan suasana pagi | Telaga tiga warna bak pelangi | Kala itu, pada zaman dahulu |
Sinar matahari memecut kulit meninggalkan warna kemerahan digunakan untuk suasana siang | Di tengah hutan, di hutan belantara | Di siang hari yang terik, di malam yang syahdu, dll |
2. Penggunaan Sinonim dan Antonim pada Fabel
Fabel memakai variasi kata untuk menggambarkan atau mendeskripsikan sifat. Baik sifat tokoh maupun sifat benda dan keadaan. Meskipun mempunyai arti yang sama, akan tetapi diksi atau pilihan kata yang sempurna untuk mendeskripsikan sifat tokoh sanggup mempengaruhi nilai rasa pada pembaca!
Kata sifat | |||
---|---|---|---|
Efek emosi lemah | Efek emosi kuat | Efek emosi lemah | Efek emosi kuat |
senang | riang gembira | tidak teratur | berantakan |
cekatan | trengginas, mahir | sedih | merana |
rajin | sungguh-sungguh | ceroboh | gegabah, asal-asalan |
sombong | angkuh, pongah | baik budi | beradab |
hemat | saksama | berhati mulia | tulus |
jujur | lurus hati | peduli | mengindahkan |
malas | berat tangan | suka mengalah | bertekuk lutut |
pendendam | dengki | sabar | kepala dingin |
tinggi hati | angkuh, sombong | rendah hati | bersahaja |
dermawan | kaya hati | bersahaja | lugas, naif |
tekun | gigih, kers hati | cerdas | arif, bijaksana |
licik | culas, lancung | serakah | tamak, loba |
jahil | iseng | kikir | bakhil, |
3. Menelaah Penggunaan Kalimat Langsung
Kalimat eksklusif ialah kalimat yang diucapkan secara eksklusif kepada orang yang dituju. Kalimat eksklusif ditandai dengan pemakaian tanda petik (“ ... “). Ciri-ciri kalimat eksklusif antara lain :
- Menggunakan tanda petik
- Intonasi tinggi untuk tanda tanya, datar untuk kalimat berita, dan tanda seru dilagukan dengan intonasi perintah,
- Kata ganti orang pertama dan orang kedua.
Pengertian dan Ciri Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak eksklusif ialah kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk kalimat berita. Ciri-ciri kalimat tidak eksklusif antara lain :
- Tidak memakai tanda petik,
- Intonasi membacanya datar,
- Terdapat perubahan kata ganti orang.
Perubahan kata ganti
- Kata ganti orang ke-1 berkembang menjadi orang ke-3. “Saya”, “aku” menjadi “dia” atau “ia”
- Kata ganti orang ke-2 berkembang menjadi orang ke-1. “kamu” “Dia” menjadi “saya”atau nama orang
- Kata ganti orang ke-2 dan ke-1 jamak berkembang menjadi ”kami”, “kita” dan “mereka” “kalian” “kami” menjadi “ “mereka” “kami”
Cara Penulisan Kalimat Langsung
- Bagian kalimat eksklusif diapit oleh tanda petik dua (“) bukan petik satu (‘).
- Tanda petik epilog ditaruh setelah tanda baca yang mengakhiri kalimat petikan. Contoh: Andi mengatakan, “Aku akan pergi ke sekolah besok.” (Benar). Andi mengatakan, “Aku akan pergi ke sekolah besok”. (Salah)
- Kalimat pengiring harus diakhiri dengan satu tanda koma dan satu spasi apabila bab kalimat pengiring terletak sebelum kalimat petikan. Contoh: Ulu berkata, “ Biarlah saya bernyayi sendiri.”
- Kalimat pengiring harus diakhiri dengan satu tanda koma dan satu spasi apabila bab kalimat pengiring terletak setelah kalimat petikan. “Ulu, saya tidak suka dengan hujan,” kata Semut lirih.
- Jika ada 2 kalimat petikan, abjad awal pada kalimat petikan pertama memakai abjad kapital. Sedangkan pada kalimat petikan kedua memakai abjad kecil kecuali nama orang dan kata sapaan. Contoh “Coba saja minta sama ayah,” kata ibu, “dia niscaya akan memberikannya.”
- Tanda koma TIDAK digunakan untuk memisahkan petikan eksklusif dari bab lain yang mengiringinya dalam kalimat kalau petikan eksklusif itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seru menyerupai o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. contoh
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
- Hati-hati, ya, nanti jatuh.
Kata yang Digunakan
Kelompokkan kata sambung dan kata depan yang banyak digunakan pada awal cerita, urutan insiden berikutnya, simpulan cerita.
Hubungan Waktu
- Hubungan waktu yang menyatakan permulaan digunakan kata sejak, semenjak, dan sedari.
- Untuk menyatakan relasi waktu bersamaan digunakan kata waktu, sewaktu, tatkala, seraya, serta, selagi, sementara, selama, sambil, dan ketika.
- Untuk menyatakan relasi waktu berurutan digunakan kata sebelum, setelah, sesudah, seusai, begitu, sehabis.
- Untuk menyatakan relasi waktu batas simpulan digunakan kata hingga , akhirnya, dan sampai.
- Konjungsi urutan ialah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa.
Dalam bahasa Indonesia, ada sejumlah kata (di antaranya kata penghubung intrakalimat) yang didahului tanda koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini.
..., padahal ...
..., sedangkan ...
..., menyerupai ...
..., tetapi ...
..., yaitu/yakni ...
Di bawah ini TIDAK perlu didahului koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini.
... bahwa ...
... alasannya ialah ...
... maka ...
... sehingga ...
Perhatikan ragam kalimat eksklusif pada fabel berikut! Diskusikan ketepatan penulisannya. Kelompokkan kalimat eksklusif yang terdapat pada fabel Burung Kasuari yang Sombong dan Harusnya membuatkan dengan mengisi tabel berikut!
Kalimat langsung dengan kalimat pengiring sebelum petikan | Kalimat langsung dengan kalimat pengiring setelah petikan | Kalimat langsung dengan kalimat pengiring di tengah petikan |
---|---|---|
Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu?” Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan. | “Ulu, saya tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak sanggup berenang sepertimu, makanya saya berteduh,” sahut Semut. | “Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak berupa berudu sudah sanggup berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya,“dan tendang ke belakang menyerupai ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” |
Melihat Burung Glatik dan anak-anaknya menyerupai itu, membuat Burung Dara sangat marah, "Kasuari, sudah sangat keterlaluan,’’ Ujar Burung Dara marah. | "Kasuari, tolong turunlah dari pohon itu sebentar saja. Kami akan mengambil buah-buahan. Namun, terhalang oleh sayapmu yang besar itu.’’ Ujar Burung Jalak. | "Sekarang, saya yang akan mematahkan sayapmu.’’Dengan sekuat tenaga Burung Dara pun mematahkan kedua sayap Kasuari yang besar itu. Setelah itu, ia pun terbang dan perputar mengitari kepala Kasuari,"Ternyata, sayapmu sangat lemah. Sekarang, sayapmu sudah patah. Kau tidak sanggup terbang lagi. Bahkan untuk menyombongkan dirimu pun kini tidak bisa.’’ Ujar Burung Dara senang. |
- “Ulu, saya tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak sanggup berenang sepertimu, makanya saya berteduh,” sahut Semut. (BENAR ). Alasan : Kalimat eksklusif dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan simpulan kalimat langsung.
- Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang didalam kolam. ( SALAH ) Alasan : Kalimat eksklusif dengan kalimat pengiring sebelum petikan tidak lengkap. Hanya pada awal kalimat langsung, tetapi tidak ada pada simpulan kalimat langsung.
- “Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja saya tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap kearah dua kakinya. (BENAR ). Alasan : Kalimat eksklusif dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan simpulan kalimat langsung.
- “Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! “ kata Semut ( BENAR ). Alasan : Kalimat eksklusif dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan simpulan kalimat langsung
- “Aku semenjak berupa berudu sudah sanggup berenang “ kata Ulu. ( SALAH). Alasan : Kalimat eksklusif dengan kalimat pengiring setelah petikan lengkap pada awal dan simpulan kalimat langsung, tetapi kurang tanda koma sebagai simpulan dari kalimat eksklusif di atas yang berupa pernyataan.
- masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “ dan tendang ke belakang menyerupai ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.” Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan semut. ( SALAH ). Alasan : Kalimat eksklusif dengan kalimat pengiring di tengah petikan tidak lengkap, alasannya ialah pada awal kalimat eksklusif tidak ada tanda petik pembuka kalimat eksklusif dan tidak memakai abjad kapital.
5. Penggunaan kata sandang si dan sang pada fabel
Selain itu, dalam fabel juga sering memakai kata sandang si dan sang. Kata sandang merupakan sejenis kata penentu atau pembatas yang letaknya di depan kata benda atau kata sifat. Kata sandang tidak mempunyai makna tersendiri.
Makna atau arti kata sandang bergabung dengan kata yang berada di belakangnya. Kata sandang yang masih digunakan dalam Bahasa Indonesia, misalnya: si dan sang. Walaupun kata sandang tidak mempunyai arti dan tidak sanggup bangun sendiri, kata sandang mempunyai fungsi penting memilih makna dalam kalimat.
Kaidah penulisan si dan sang terpisah dengan kata yang diikutinya. Kata si dan sang ditulis dengan abjad kecil, bukan abjad kapital. Perhatikan rujukan penggunaan dalam kalimat-kalimat tersebut. Bedakan dengan rujukan berikut ini.
- “Bagaimana caranya biar si kecil rajin belajar?” tanya ibu.
- Kedua orang itu, si Kecil dan si Kancil, ialah pembantu di pasar.
Kata kecil pada kalimat 1) ditulis dengan abjad kecil alasannya ialah bukan merupakan nama. Pada kalimat 2) Kecil ditulis dengan abjad kapital alasannya ialah dimaksudkan sebagai panggilan atau nama julukan. Pada fabel nama binatang biasanya digunakan sebagai nama tokoh sehingga ditulis dengan abjad besar.
6. Penggunaan Kata Depan pada Fabel
Dalam teks dongeng fabel biasanya juga digunakan kata keterangan daerah dan kata keterangan waktu dirangkai dengan kata depan. Penulisan kata depan dipisah dengan kata yang mengikutinya. Contoh penggunaan kata depan yang sesuai dengan kaidah.
Latihan
Tulislah B penulisan sempurna dan tulislah S kalau salah
- Di dalam hutan terlalu gelap, alasannya ialah pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. (B)
- Namun tidak menyerupai biasanya yang tenang, ketika ini pasukan Semut Merah telah bersiap siaga pada posisi mereka masing-masing. (S) seharusnya di.
- Ketika Gajah memasuki areal perkampungan Semut Merah, dengan cepat dan sigap para pasukan Semut Merah yang telah bersiap dari posisinya eksklusif menyerang Gajah. (S) seharusnya di (kata depan "di" ialah penanda relasi tempat, sedangkan "pada" ialah penanda relasi waktu).
- Suara jeritan sang gajah terdengar ke seluruh penjuru hutan dan mengganggu acara hewan-hewan lain yang tinggal di hutan. (B)
- Pada keesokkan harinya Gajah tiba lagi dan menyerupai biasa ia akan melewati rumah-rumah semut merah. (B)
No comments:
Post a Comment