Monday, February 17, 2020

Hakekat Perkembangan Anak Usia Dini

Pada dasarnya perkembangan insan mempunyai prinsip-prinsip umum yaitu insan berkembang dengan kecepatan yang berbeda dan insan berkembang dengan urutan perkembangan yang teratur. Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih tepat dan tidak begitu saja sanggup diulang kembali.

Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak sanggup diputar kembali. Dalam pertumbuhan, andal psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya, istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran tubuh dan fungsi fisik murni. Menurut banyak andal psikologi, istilah perkembangan lebih sanggup mencerminkan sifat yang khas mengenai tanda-tanda psikologis yang muncul.
Pada dasarnya perkembangan insan mempunyai prinsip Hakekat Perkembangan Anak Usia Dini
Dalam Modul Sosialisasi PAUD (Direktorat PAUD, 2004; 9) disebutkan bahwa anak usia dini adalah:
  1. Kelompok insan yang berumur 0-6 tahun (di Indonesia menurut UU No. 20 Tahun 2003 perihal Sidiknas). Adapun menurut para pakar pendidikan anak usia dini, yaitu kelompok insan yang berumur 0-8 tahun (Eva Essa 1996; dalam Dedi Supriadi, 2005).
  2. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Artinya mempunyai contoh pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan sikap serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
  3. Berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu : masa bayi (usia lahir-12 bulan) masa toddler/balita (usia 1-3 tahun) masa prasekolah (usia 3-6 tahun) masa kelas awal SD (usia 6-8 tahun)
Pembagian tahapan-tahapan usia tersebut dilakukan alasannya ialah adanya kesamaan pada beberapa aspek perkembangan baik fisik maupun psikologis. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Modul Materi dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V (1983 , 15) yang menyebutkan bahwa “Tugas perkembangan pada setiap tahapan usia insan tidak muncul begitu saja, tetapi dirumuskan dengan banyak sekali pertimbangan, yaitu perkembangan jasmaniah, perkembangan kemampuan rohaniah, dan tuntutan sosial.”

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hurlock (1980 : 9) yang menyatakan bahwa “beberapa kiprah terutama muncul sebagai akhir dari kematangan fisik, mirip berguru berjalan, yang lain terutama berkembang dari adanya tekanan-tekanan budaya dari masyarakat, mirip berguru membaca, dan yang lain lagi tumbuh dari nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individual, mirip menentukan dan mempersiapkan suatu pekerjaan. Tetapi pada umumnya, tugas-tugas dalam perkembangan muncul dari ketiga macam kekuatan ini secara serempak.”

Berdasarkan pada pemaparan di atas, sanggup disimpulkan bahwa anak usia dini ialah kelompok anak usia 0-8 tahun yang terbagi dalam beberapa kategori yaitu anak masa bayi, anak masa batita, anak masa prasekolah, dan anak masa kelas awal SD yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik, yaitu mempunyai contoh pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilaluinya.

Proses Pertumbuhan dan perkembangan seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan terintegrasi pada setiap aspeknya, yaitu aspek intelektual, fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadiannya.

Masa perkembangan belum dewasa ialah masa yang penting untuk masa-masa perkembangan berikutnya. Keberhasilan maupun kegagalan dalam perkembangan masa belum dewasa cukup berarti untuk masa selanjutnya. Perkembangan anak mencakup perkembangan kognitif atau intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan fisiknya. Secara tidak pribadi pertumbuhan dan perkembangan anak akan memepengaruhi cara pandang terhadap dirinya dan lingkungannya yang berdampak pada pembiasaan dirinya dan orang lain.

Pendidikan ialah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan sanggup memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Ketika suatu bangsa mengalami keterpurukan dan diperparah dengan kualitas SDM yang rendah biasanya sering dikaitkan dengan lemahnya kiprah pendidikan dalam membantuk insan yang unggul.

Saat ini sudah semakin disadari bahwa pendidikan sangat penting bahkan dimulai semenjak anak lahir. Bahkan yang lebih menarik lagi, pendidikan sanggup dimulai semenjak anak masih dalam kandungan. Pentingnya pendidikan semenjak dini alasannya ialah didorong oleh banyak sekali teori berguru yang menyebutkan bahwa pada usia tersebutlah banyak sekali aspek perkembangan mengalami masa yang sangat cepat dan menentukan.

Perkembangan banyak sekali aspek dari seorang individu anak tidak terjadi secara terpisah tetapi berjalan secara holistik serta dipengaruhi oleh banyak sekali faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah banyak sekali aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak, sementara faktor eksternal ialah guru, keluarga, dan banyak sekali sumber berguru yang lainnya. Jika anak telah masuk pada suatu aktivitas pendidikan, maka satu hal yang tidak kalah penting ialah kurikulum yang diterapkan oleh sekolah.

Dari banyak sekali hasil penelitian di bidang tumbuh kembang anak sanggup diketahui bahwa usia dini merupakan peletak dasar (fondasi awal) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Karena pada usia ini pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak terjadi sangat pesat. Sekalipun Tuhan telah menawarkan potensi bawaan pada anak, tetapi lingkungan menawarkan sikap, kepribadian dan pengambangan kemampuan anak.

Penelitian perihal kecerdasan otak memperlihatkan bahwa untuk memaksimalkan kepandaian anak, stimulasi harus diberikan semenjak tiga tahun pertama dalam kehidupannya. Stimulasi lingkungan terhadap perkembangan otak jauh lebih rumit dari yang diperkirakan. Rangsangan dari luar mensugesti sel-sel otak, simpul-simpul yang menghubungkan sel-sel tersebut dan mengatur bagaimana simpul-simpul itu saling bekerja dan berhubungan.

Stimulasi lingkungna menyerupai pahatan yang bekerja membentuk sel-sel otak sehingga otak sanggup berkembang dengan baik. Anak-anak yang terbiasa mendapatkan stimulasi pada tiga tahun petama kehidupan mempunyai IQ 20 poin lebih tinggi dibandingkan mereka yang kurang mendapatkan rangsangan. Anak-anak yang tidak banyak bermain dan mendapatkan rangsangan panca indera di awal usianya mempunyai ukuran otak 20 hingga 30 persen lebih kecil dari ukuran normal. Riset memperlihatkan bahwa otak insan terdiri dari neuron (sel-sel saraf yang sangat lembut) yang bisa menganalisis, mengoordinasi dan menyimpan semua isu yang diterima lewat panca indera.

Setiap sel saraf ini satu mempunyai serabut (axon) yang mengirim tanda ke sel-sel saraf lain dan banyak serabut (dendrite) yang berfungsi mendapatkan tanda. Pada balasannya axon menggerakkan satu atau lebi dendrite yang siap menerima. Dendrite kemudian menerjemahkan pesan ini dan mengirimkan kembali ke sel-sel penerima. Pergerakan ini terjadi lebih dari 300 km/jam dan berulang terus-menerus selama 600 setiap detik. Kecerdasan tergantung pada jumlah sel-sel di dalam otak da jumlah simpul-simpul saraf otak yang saling terhubungkan. (June R Oberlander, 2000)

Dilihat dari kacamata pendidikan, stimulasi/rangsangan terhadap perkembangan anak setidaknya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut; (1) penanaman nilai-nilai dasar (budi pekerti dan agama), (2) pembentukan sikap dasar (disiplin, kejujuran, kemandirian dan kreativitas), (3) pengembangan kemampuan dasar (bahasa, motorik, kognitif dan sosial), dan (4) melejitkan semua potensi kecerdasan anak.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14: Pendidikan anak usia dini ialah suatu upaya training yang ditujukan bagi anak semenjak lahir hingga dengan enam tahun yang dilakukan melalui pertolongan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani semoga anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Para orang bau tanah dan pendidik anak harus sadar apa yang sanggup dan harus mereka lakukan untuk menciptakan anak menikmati dan mengambil manfaat pada setiap perkembangannya. Keberhasilan pada tiap perkembangan, termasuk didalamnya perkembangan sosial dan intelektual anak tidaklah lepas dari aktifitas berguru dan stimulus yang diberikan pada anak.

No comments:

Post a Comment