Beberapa perbedaan antara teks anekdot dengan teks humor diantaranya yaitu ; teks anekdot bertujuan menyindir seseorang (biasanya orang penting), terdapat kritik, isinya terstruktur, dan memakai bahasa yang sopan dan penulisan baku. Sedangkan teks humor bertujuan menghibur dan tidak berisi orang penting, tidak terdapat kritik, isinya tidak terstruktur, dan kadang mengandung bahasa yang kurang sopan sebagai humor. Berikut ini beberapa pola teks anekdot di banyak sekali bidang.
A. Contoh Anekdot Bidang Hukum
Contoh 1 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Tiga polisi berkumpul di tepi hutan. Mereka masing-masing dari A, B, dan C. |
Orientasi | Mereka berlomba menangkap kelinci yang akan dilepaskan ke hutan. Segala metode boleh dicoba, berikut teknologi yang mereka punya. |
Krisis | Polisi A menerima giliran pertama. Kelinci dilepas. Wussss… polisi dan anak buahnya menyusul dan menyebar di dalam hutan. Tiga jam kemudian si kelinci tertangkap. Polisi B menerima kesempatan kedua. Wuss… lagi-lagi kelinci dilepas. Tiga orang polisi mengikutinya ke hutan sambil menenteng peralatan canggih milik FBI. Katanya bisa mendeteksi kelinci dengan akurat dalam radius 1 km. Ah masa? Eh, dua jam kemudian si kelinci sudah berhasil dibawanya ke luar hutan. Polisi C menerima giliran terakhir. Wusss … kelinci melesat masuk hutan. Polisi mengikuti tanpa peralatan apa pun. Hanya lima menit si polisi menyeret ke luar seekor beruang yang nangis berteriak, “Ampun, Pak, ampun! Saya jangan dipukuli. Saya ngaku deh! Saya kelinci!” |
Reaksi | Polisi A dan B tercengang melihat apa yang dilakukan oleh polisi C yang menyeret beruang yang menangis minta ampun dan mengaku sebagai kelinci. |
Koda | - |
Contoh 2 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Dalam sebuah mata kuliah sistem aturan Indonesia, dosen menyampaikan bahwa aturan di Indonesia itu menyerupai pisau tajam ke bawah dan tumpul ke atas. |
Orientasi | Perkara aturan selalu tajam ke bawah yaitu rakyat dilapisan bawah, sedangkan aturan untuk para pejabat tumpul, artinya banyak pejabat yang melaksanakan korupsi bebas dari tuntutan. Maka terjadilah perdebatan dalam kelas tersebut |
Krisis | Dosen: “Apakah kalian oke dengan pengibaratan aturan Indonesia yang tumpul ke atas dan tumpul ke bawah?” Budi: “Saya sangat oke pak, alasannya dalam kenyataannya memang itulah yang terjadi”. Tegar: “Benar sekali pak, bagi orang yang tak berduit akan mencicipi seberapa tajam pisau itu pak. Sedangkan bagi orang yang berduit bisa saja menghentikan aturan dengan duit yang dimilikinya”. Dosen: “Memang benar, namun lebih mending aturan Indonesia menyerupai pisau”. Deni: “Maksudnya pak?” |
Reaksi | Dosen: “Jika aturan menyerupai pisau masih mending yang salah dan berduit tetap dihukum, meskipun hukumnya ringan. Daripada aturan menyerupai Tuhan, niscaya yang di atas selalu benar dan tidak bisa disalahkan”. |
Koda | - |
Contoh 3 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Suatu hari, Bu Mimin berniat pergi ke pasar bersama Susi dengan memakai mobil. |
Orientasi | Saat mereka berdua melintasi sebuah perempatan, mereka terhenti alasannya lampu merah dan di tambah dengan kondisi jalan sedang macet total. |
Krisis | Setelah beberapa menit lampu merah pun berganti menjadi lampu hijau. Namun suasana macet dan banyaknya kendaraan dikala itu menciptakan Bu Mimin dan Susi tertinggal, lampu hijau pun berkembang menjadi lampu merah kembali. Karena ingin cepat hingga ke tujuan, merekapun ‘menerobos’ lampu merah. Tak terduga, diseberang jalan terdapat polisi yang sedang memantau jalan menilang mereka. |
Reaksi | Susi yang memegang kemudi membuka beling mobilnya kemudian polisi tersebut menanyakan mengapa mereka berdua melanggar peraturan. “Saya sedang terburu-buru, pak!” Karena polisi tersebut kurang puas dengan balasan Susi, iapun terus menanyakan hal yang sama. Karena tak ingin berdebat lagi, Bu Mimin memperlihatkan uang sebesar Rp. 20.000. Polisi tersebut mengangguk dan mendapatkan uang tersebut. Lalu polisi itu tersenyum mempersilakan mereka melanjutkan perjalanan. |
Koda | Dalam hati mereka mengambil kesimpulan, “Kalau polisi tiba-tiba tiba terus melaksanakan razia atau penilangan, itu tanda kalau mereka butuh uang.” |
Contoh 1 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Sudah menjadi kebiasaan Pak Camat akan mengunjungi wilayah-wilayah di bawah kepemimpinannya secara bergiliran. |
Orientasi | Suatu hari, Pak Camat berencana mengunjungi salah satu daerah RW berprestasi yang akan dibanggakannya. |
Krisis | Sekretaris : “Pak, kendaraan beroda empat sudah siap!” Pak Camat : “Sebentar, kita tunggu dulu hingga di lokasi banyak wartawan, ya!” Sekretaris : “Baik, Pak.” Beberapa menit kemudian, seorang staf bawahan lari tergopoh-gopoh mendekati Pak Camat. Staf : “Pak, gawat Pak! Pasar yang gres dibangun ahad kemudian sudah banyak kios yang ambruk!” Pak Camat : “Loh, kenapa ya?” Staf : “Kata salah seorang pedagang, kayu atapnya digerogoti rayap semua, Pak!” Pak Camat : “ Wah, ayo pergi jangan hingga kita keduluan wartawan!” |
Reaksi | Sekretaris : ”Mobil sudah siap, Pak, kita ke RW berprestasi atau ke pasar dulu?” Pak Camat : “Pasar! Ga usah bilang bilang!” |
Koda | Mobil pun berlaju dengan kencang. |
Contoh 2 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Negara Paraguay dikenal sebagai negara yang tidak mempunyai laut. Akan tetapi anehnya, negara Amerika Latin tersebut mempunyai panglima angkatan laut. |
Orientasi | Suatu ketika, Panglima AL Paraguay ini berkunjung ke negara Brasil. Ketika itu Brasil populer sebagai negeri dengan banyak pelanggaran hukum. Dalam kunjungan itu ia menemui panglima AL Brasil. |
Krisis | Salah seorang staff AL Brasil yang ikut menemuinya bertanya aeenaknya, "Negara bapak itu abnormal , ya. Tidak punya maritim tapi punya panglima mirip Bapak." |
Reaksi | Dengan enteng sang tamu menanggapinya, "Negara Anda ini juga aneh. Hukumnya tidak berjalan tetapi perlu mengangkat seorang menteri Kehakiman. |
Koda | - |
Contoh 3 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Suatu hari si Kabayan memperlihatkan keahliannya sebagai orang yang bisa menguasai bahasa burung-burung |
Orientasi | Raja mendengar dan membawanya berburu |
Krisis | Di jalan mereka melihat sebuah dinding yang runtuh dan seekor burung hantu menciptakan sarang di atasnya. Bertanyalah raja kepada si Kabayan, "Coba katakan apa yang diutarakan burung hantu itu?" |
Reaksi | "Ia menyampaikan ," kata si Kabayan, "Jika raja tidak berhenti menyusahkan rakyatnya, kerajaan ini akan segera runtuh mirip sarangku ini." |
Koda | - |
C. Contoh Anekdot Bidang Sosial
Contoh 1 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Suatu ketika, orang-orang mengundang Nasrudin untuk memberikan khotbah di sebuah mejelis. |
Orientasi | Ketika di mimbar beliau mendapati bahwa sebagian besar hadirin tidak dalam majelis itu tidak terlampau bersemangat untuk mendengarkan khotbahnya. |
Krisis | Kemudian ia turun dari mimbar dan berjalan pulang. Kali ini orang-orang benar-benar dibentuk galau dan kesudahannya tetapkan untuk mencoba sekali lagi dan mengundangnya biar tiba lagi untuk memberikan khotbah. Minggu depannya ketika naik mimbar Nasrudin lagi-lagi bertanya yang sama. "Apakah kalian tahu bahan apa yang ingin saya sampaikan dalam khotbah ini? Sebagian dari mereka menjawab "Tidak" dan sebagian lagi menjawab "ya". |
Reaksi | Nasrudin pun berkata lagi, "Baiklah kalau begitu sebagian yang sudah tahu bisa menceritakan kepada sebagian lagi yang belum tahu" dan ia pun pergi lagi meninggalkan mimbar. |
Koda | - |
Contoh 2 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Pada suatu hari, Presiden Negara A hendak membeli camilan manis kepada seorang ibu di pinggir jalan. |
Orientasi | Karena rasa ketertarikan yang besar lengan berkuasa dengan penjual camilan manis unik tersebut, sang Presiden mencoba bertanya kepada si ibu. Presiden : “Ibu punya anak berapa?” Ibu : “Saya punya anak empat, mereka sedang bekerja semua. Yang ke-1 bekerja di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan Negeri, dan yang terakhir di DPR. Mereka sangat sibuk sekali.” |
Krisis | Bapak Presiden menggeleng-gelengkan kepala seakan tidak percaya akan apa yang didengarnya. Beberapa pengawal presiden berbicara di belakang. “Meskipun hanya berjualan kue, ibu ini bisa menimbulkan anaknya sukses, jujur. Kalau mereka hingga korupsi mungkin ibu ini sudah tinggal di rumah mewah!” |
Reaksi | Presiden : “Wah, hebat sekali. Ngomong-ngomong apa jabatan anak ibu di Polda, KPK, Kejaksaan Negeri, dan DPR? Ibu : “Ya sama mirip saya, jualan camilan manis juga” Bapak Presiden tercengang mendengar balasan yang diberikan si penjual kue. |
Koda | Situasi kembali normal dan bapak presiden beserta pengawalnya kembali ke kantor sehabis membeli camilan manis tersebut. |
Contoh 3 :
Struktur | Kalimat |
---|---|
Abstraksi | Di sebuah sekolah dasar sedang dilaksanakan acara mencar ilmu mengajar di kelas V. |
Orientasi | Saat pelajaran berlangsung di kelas, terjadi obrolan antara guru dengan siswanya. |
Krisis | Guru : “Siapa yang bisa jawab? Ciri–ciri orang cendekia itu apa?” Murid SD : “Rajin belajar, sanggup nilai bagus, dan selalu menyontek, Bu” |
Reaksi | Guru : “Jawabannya sudah benar, tapi kok ada menyontek, maksudnya?” Murid SD : “Iya bu, buktinya kita bisa menyontek pesawat buatan luar negeri yang sangat canggih.” Guru : “Bener juga ya, berarti besok jangan lupa rajin menyontek juga." Murid SD : “Setuju, besok saling contek ulangannya ya teman-teman” |
Koda | Sambil menepuk jidat, guru berkata dalam hati, ”Aduh-aduh, salah ngomong ini, pemikiranku apa yang terlalu pendek, ya.” |
No comments:
Post a Comment