Monday, February 17, 2020

Konsep Kebutuhan Anak Usia Dini

Anak usia dini yakni anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003) dan sejumlah hebat pendidikan anak memperlihatkan batasan 0-8 tahun (Eva Essa 1996; dalam Dedi Supriadi, 2005)..  Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka mempunyai teladan pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005).

Usia anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Artinya mempunyai teladan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan sikap serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.

Usia anak yang sedang mencoba dan melaksanakan ketrampilan-ketrampilan gres yang akan sering dicoba berulang-ulang oleh anak, contohnya anak usia 2 tahun akan sering mengulangi kata-kata yang gres saja beliau dengar dari orang disekitarnya, anak usia 3 tahun ketika mulai bisa mencoret coretan bebas sehingga mencoret setiap kawasan kosong yang beliau temui dengan pensil atau alat gambar lainnya, anak usia 4 tahun pada ketika beliau mulai menguasai ketrampilan motoriknya, beliau akan menyukai gerakan gerakan motorik garang (meloncat-loncat, memanjat, meluncur dan lain sebagainya).
Anak usia dini yakni anak yang berada pada rentang usia  Konsep Kebutuhan Anak Usia Dini
Anak usia 4- 5 tahun pada ketika beliau mulai mengenali huruf- huruf, maka ia akan sibuk sekali membaca huruf- abjad yang beliau temui. Kegiatan di atas merupakan bab kecil kebutuhan dari anak usia dini. Secara garis besar kita sanggup membedakan kebutuhan anak usia dini sesuai dengan aspek pengembangannya yang mencakup kebutuhan fisik, sosial emosi, kognitif, bahasa dan kebutuhan kecakapan hidupnya.

Perkembangan insan yang terjadi secara sedikit demi sedikit sesuai dengan masa perkembangannya, dan adanya implikasi bagi setiap individu untuk melaksanakan kiprah perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, menciptakan setiap individu harus memahami dan berusaha untuk sanggup melaksanakan kiprah perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Tugas perkembangan ini berdasarkan Havigurst sangat bersahabat kaitannya dengan fungsi belajar. Dalam hal ini Havigurst (Sunarto, 2002 : 43). menyatakan bahwa

“Tugas perkembangan harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu. Tugas-tugas ini dikaitkan dengan fungsi belajar, alasannya pada hakekatnya perkembangan kehidupan insan dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat supaya ia bisa melaksanakan pembiasaan diri dengan baik dalam kehidupan nyata. “

Senada dengan itu, penelitian wacana perkembangan insan memperlihatkan bahwa proses perkembangan bersifat universal serta urutan perkembangan sanggup diprediksikan dan ini terutama perjadi pada anak usia hingga 9 tahun (Bredekamp, 1987 : 2).

Perkembangan banyak sekali aspek dari seorang individu anak tidak terjadi secara terpisah tetapi berjalan secara holistik serta dipengaruhi oleh banyak sekali faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni banyak sekali aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak, sementara faktor eksternal yakni guru, keluarga, dan banyak sekali sumber mencar ilmu yang lainnya. Jika anak telah masuk pada suatu jadwal pendidikan, maka satu hal yang tidak kalah penting yakni jadwal asuh yang diterapkan oleh sekolah.

Pendidikan yang dilakukan terhadap anak seharusnya diubahsuaikan dengan tahap perkembangan anak serta bagaiamana anak belajar. Sehingga pendidikan pada anak tidak berarti sebagai jadwal ”pemaksaan” terhadap anak untuk melaksanakan sesuatu atau untuk mempunyai suatu kemampuan sesuai harapan orang remaja tanpa mempertimbangkan kondisi anak.

Para pendidik harus mengerti bahwa setiap anak yakni unik mempunyai bakat, minat, kelebihan, dan kekurangan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Oleh alasannya itu, para pendidikan hendaknya sanggup mengikuti keadaan dengan keunikan-keunikan dan kebutuhan anak tersebut.

No comments:

Post a Comment