Beberapa dilema yang sering ditemukan pada ketika menyusun teks kisah ulang biografi diantaranya ialah kecenderungan untuk melebih-lebihkan bila berbicara mengenai diri mereka dan menciptakan opini sebagai fakta.
Selain iru dilema yang sering ditemukan ialah tidak sanggup dipastikan bila sumber fakta satu-satunya dari tokoh itu sendiri. Penulis tidak sanggup memasukkan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh tersebut. Penyunting (editor) teks kisah ulang paling tidak mengonfirmasi kepada penulis bila ada hal tersebut.
Penyuntingan Teks Cerita Ulang Biografi
Teks kisah ulang biografi ialah teks faktual artinya bukan kisah fiksi. Teks tersebut harus memakai bahasa baku. Bahasa baku ialah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar sanggup berupa pedoman ejaan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) , tata bahasa baku, dan kamus umum. Oleh alasannya itu, secara tata bahasa kita harus menguasai terlebih dahulu ciri kalimat baku.
1. Kalimat Baku
Istilah kalimat baku digunakan untuk menyebut kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik dari sisi pemilihan kata, ejaan dan struktur kalimat. Ciri-ciri kalimat baku ialah sebagai berikut.
- Minimal mempunyai subjek dan predikat. Jika kalimat tidak mempunyai subjek atau predikat atau kedua-duanya kalimat tersebut bukan kalimat baku. Contoh Dengan kejadian itu menawarkan pekerjaannya tidak beres. (KPO/tidak baku). Seharusnya : Kejadian itu menawarkan pekerjaannya tidak beres. (SPO/baku)
- Tidak pleonasme atau ekonomis penggunaan kata. Hemat maksudnya tidak memakai kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu. Contoh Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden tiba ke program itu.Kalimat tersebut kurang efektif alasannya memakai subjek (kata para menteri) dengan subjek kedua (kata mereka).
- Memiliki keparalelan atau kesajajaran. Keparalelan ialah kesamaan bentuk kata sebelum dan sehabis kata hubung dalam satu kalimat. Contoh : Beliau mempunyai kelembutan, kesabaran, dan sangat tekun. (tidak baku). Seharusnya : Beliau mempunyai kelembutan, kesabaran, dan ketekunan. (baku)
- Logis ialah masuk logika dan wangsit kalimat sanggup dengan gampang dipahami. Tidak ambigu, artinya tidak terjadi salah penafsiran dalam berkomunikasi pembaca sanggup mengerti maksud dari kalimat yang ada. Jika ambigu makna yang dimunculkan ganda. Contoh : Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bahu-membahu mulai mengerjakan kiprah tersebut. Kalimat tersebut mempunyai makna yang mustahil waktu dipersingkat, kecuali program yang dipersingkat atau waktu yang dihemat.
2. Ejaan bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) ialah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku semenjak tahun 2015 menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 ihwal Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:
- Penambahan aksara vokal diftong. Pada EYD, aksara diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, aksara diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).
- Penggunaan aksara kapital. Pada EYD tidak diatur bahwa aksara kapital digunakan untuk menulis unsur julukan, sedangkan dalam EBI, unsur julukan tidak diatur ditulis dengan awal aksara kapital.
- Penggunaan aksara tebal. Dalam EYD, fungsi aksara tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus
a. Huruf kapital
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama petikan langsung. Contoh: Ayah berkata, “Saya akan pergi ke Lombok besok.”
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama dalam ungkapan yang bekerjasama dengan agama, kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti untuk Tuhan. Contoh : Engkaulah, Tuhan Yang Maha Pengasih. Mahakuasa, Maha Esa.
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh : Haji Ali, Kiai Haji Abdurachman Wahid.
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama unsur jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, instansi, atau nama tempat. Contoh ; Presiden Joko Widodo
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama unsur-unsur nama orang. Contoh : Dewi Gita
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan kejadian bersejarah. Contoh : tahun Hijriah
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama nama geografis. Contoh: Gunung Gede.
- Huruf kapital digunakan sebagai aksara pertama kata penunjuk korelasi kekerabatan, menyerupai bapak, ibu, kakak, adik, paman, saudara, dan Anda yang digunakan dalam penyapaan dan pengacuan. Contoh : Sudahkah Anda tahu?
Catatan: Huruf kapital tidak digunakan sebagai aksara pertama istilah geografi yang tidak digunakan menjadi unsur nama diri dan nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Sebagai contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, gula jawa, pisang ambon, garam inggris, sate padang, keinggris-inggrisan.
2. Huruf miring
- Penulisannama buku, nama majalah, dan nama surat kabar. Contoh: Saya sudah membaca novel Pada Sebuah Kapal karya N.H Dini.
- Penulisan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah diadaptasi ejaannya. Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Carnicia mangostana.
- Penulisan untuk menegaskan huruf, kepingan kata, kata atau kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata zaman ialah z.
Tanda baca koma (,)
- Tanda baca koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta
- Tanda koma digunakan untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata sedangkan, tetapi, melainkan. Contoh: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
- Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
- Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Oleh alasannya itu, … Jadi,…
- Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan aksesori yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: Guru saya, Pak Nazarudin, berakal sekali.
- Tanda koma digunakan di belakang kata-kata menyerupai o, ya, wah, dan aduh. Contoh: O, begitu?
- Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan pribadi dari kepingan lain dalam kalimat. Contoh: Kata Andi, “Saya bangga sekali.”
- Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari tingkatan, nama keluarga, atau marga.
3. Partikel
Partikel atau kata kiprah ialah kelas kata yang hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak mempunyai arti leksikal. Arti suatu kata kiprah ditentukan oleh kaitannya dengan kata lain dalam suatu frasa atau kalimat dan tidak sanggup digunakan secara lepas atau bangun sendiri. Partikel penegas, yaitu -kah, -lah,-tah, dan pun.
- Partikel -kah, -lah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: Bacalah buku itu dengan cermat.
- Partikel pun ada dua penulisan dipisah dan digabung. Partikel pun yang digabung, di antaranya maupun, meskipun, bagaimanapun, walaupun, kalaupun, kendatipun, andaipun, adapun, ataupun, biarpun, sekalipun, dan sungguhpun. Selain itu, penulisannya dipisah, misalmya kapan pun dan apa pun.
- Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari kepingan kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Contoh : Harga kain itu Rp2.000,00 per helai
Contoh Hasil Suntingan
Mahatma Gandhi ialah salah satu seorang yang paling besar lengan berkuasa dalam proses Gerakan Kemerdekaan India.
Hasil penyuntingan:
Mahatma Gandhi ialah tokoh yang paling besar lengan berkuasa dalam Gerakan Kemerdekaan India.
Frasa salah satu seorang tidak efektif seorang bermakna satu orang. Jika ditulis salah satu seorang menjadi salah satu satu orang seharusnya salah satu orang atau tokoh. Proses dihilangkan alasannya tidak diperlukan, Gerakan Kemerdekaan India ialah prosesnya untuk mencapai kemerdekaan.
No comments:
Post a Comment