Thursday, March 12, 2020

Struktur, Ciri Dan Unsur Ekstrinsik Teks Dongeng Pendek

Teks yakni satuan bahasa yang utuh baik berbentuk tertulis atau verbal dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan tujuan/ makna dalam konteks tertentu. Teks sanggup muncul dalam bentuk verbal maupun goresan pena yang tidak terlepas dari sistem bahasa pada konteksnya.

Sedangkan struktur teks yakni bagian-bagian sebuah teks yang mencirikan suatu teks. Bagian-bagian itu menjabarkan ciri bagain awal, inti, dan epilog teks dalam fungsi komunikasi tertentu

Cerita pendek (cerpen) yakni bentuk prosa gres yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, tetapi hal itu tidak mengakibatkan perubahan nasib tokohnya.

Cerpen berasal dari dua kata yaitu dongeng yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang menunjukkan sebuah kesan lebih banyak didominasi serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam dongeng pendek tersebut.

A. Ciri-ciri Teks Cerpen
Cerita pendek atau cerpen identik dengan suatu teks atau bacaan dibaca sekali duduk, serta tidak melebihi dari 10.000 (sepuluh ribu) kata. Cerita Pendek ini suatu karangan pendek yang berbentuk prosa. Cerpen ini dibentuk guna untuk menceritakan sepenggal kehidupan, kisah tokoh yang penuh dengan aneka macam peristiwa. Secara umum ciri-ciri teks cerpen yakni sebagai berikut.
  1. Cerita yang ditulis pendek dengan jumlah kata kurang dari 10.000 kata atau lebih pendek daripada novel sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membaca tidak lama. Artinya, habis dibaca dalam sekali duduk.
  2. Ide cerpen sanggup bersumber dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain.
  3. Cerita tidak melukiskan seluruh kehidupan tokoh lantaran yang diangkat dalam kisah yakni yang permasalahannya sangat berkesan dan berarti bagi pelakunya.
  4. Menceritakan suatu insiden dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis, tetapi tidak hingga menjadikan perubahan nasib tokoh.
  5. Memiliki alur tunggal, maju, atau lurus.
  6. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
  7. Meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca.

B. Struktur Teks Cerpen
Setelah mengetahui perihal pengertian dan ciri-ciri teks cerpen, selanjutnya dibahas menyerupai apakah struktur teks cerpen yang benar tersebut. Dengan mengetahui struktur teks cerpen diperlukan pemahaman mengenai teks cerpen akan lebih gampang dilakukan. Seperti yang saya baca dari aneka macam sumber struktur teks dongeng pendek haruslah dibentuk secara runtut, yakni abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda.
  1. Abstrak yakni tahap yang berisi ringkasan atau inti cerita. Bagian ini bersifat opsional (pilihan), artinya boleh ada atau tidak ada dalam cerpen.
  2. Orientasi yakni tahap pengenalan latar dongeng berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan dongeng dan meyakinkan pembaca. Latar merupakan sarana pengekspresian watak, baik secara fisik maupun psikis.
  3. Komplikasi yakni tahap yang berisi urutan insiden dan setiap insiden hanya dihubungkan secara alasannya yakni akibat. Peristiwa yang satu mengakibatkan terjadinya insiden yang lain. Dalam tahapan ini, terdapat huruf pelaku yang diekspresikan dengan ucapan atau tindakan tokoh serta kemunculan aneka macam kerumitan cerita.
  4. Evaluasi yakni tahap konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahan sehingga dicapai penyelesaian atau leraian.
  5. Resolusi yakni tahap bagi pengarang untuk mengungkapkan solusi dari aneka macam konik yang dialami tokoh. Resolusi berkaitan dengan koda.
  6. Koda yakni tahap tamat yang bersifat opsional, artinya boleh ada atau tidak. Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang sanggup dipetik oleh pembaca.

Dari klarifikasi di atas mengenai struktur teks cerpen, bila digambar memakai sketsa maka akan terlihat menyerupai sketsa di bawah ini.
Teks yakni satuan bahasa yang utuh baik berbentuk tertulis atau verbal dengan tata organis Struktur, Ciri dan Unsur Ekstrinsik Teks Cerita Pendek
C. Unsur Intrinsik Teks Cerpen
Unsur intrinsik yakni unsur-unsur yang terdapat di dalam diri karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur instrinsik pada cerpen, diantaranya yakni tema, tokoh/penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Berikut ini yakni pembahasan unsur-unsur instrinsik cerpen:

a. Tema
Tema merupakan pokok penceritaan, yaitu gagasan, ide, atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema berkaitan dengan makna kehidupan. Tema yakni nyawa dari sebuah cerpen. Tema sanggup memilih konflik yang terjadi di dalam cerpen dan tema juga menjadi wangsit dasar pengembangan seluruh isi dongeng cerpen. Tema bersifat general dan umum misalnya adalah, tema pendidikan, romansa, persahabatan, dan lain-lain.

b. Tokoh
Aminudin (2009:79) beropini bahwa tokoh yakni pelaku yang mengemban insiden dalam dongeng fiksi sehingga insiden itu bisa menjalin suatu cerita. Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami insiden atau berlakuan di dalam aneka macam insiden dalam cerita. Secara sederhana tokoh disebut pelaku cerita. Adapun jenis-jenis tokoh yakni sebagai berikut.

1. Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita
  • Tokoh utama yakni tokoh yang berperan paling penting dalam cerita.
  • Tokoh komplemen yakni tokoh yang tidak selalu diceritakan atau tidak penting, tetapi ada beberapa tokoh yang mempunyai hubungan dengan tokoh utama.

2. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh
  • Tokoh protagonis yakni tokoh yang memegang tugas pimpinan dalam dongeng dan disukai pembaca lantaran sifat-sifatnya.
  • Tokoh antagonis yakni tokoh penentang utama dari protagonis.
  • Tokoh tritagonis yakni tokoh yang meleraikan konflik tokoh protagonis dan antagonis.

c. Alur (Plot)
Alur yakni jalinan insiden yang direka dan dijalin dengan saksama. Alur yang menjadi struktur pembangunan teks cerpen yang di dalamnya terdapat abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Jenis alur ada tiga, yaitu alur maju (progresif ), alur mundur (regresif ), dan alur campuran. Dalam alur terdapat juga insiden pertikaian yang disebut juga dengan konflik.

Konflik yakni ketegangan dalam dongeng yang merupakan kontradiksi antara dua kekuatan. Pertentangan ini sanggup terjadi dalam diri satu tokoh (konflik batin), antara dua tokoh, tokoh dengan lingkungan sosial, tokoh dengan alam, bahkan tokoh dengan takdir Tuhan.

Kaidah dalam alur.
  • Plausibilitas (kemasukakalan) artinya dongeng mempunyai kelogisan.
  • Suspense (rasa ingin tahu) artinya perasaan kurang niscaya terhadap insiden yang terjadi, khususnya yang menimpa tokoh yang kemudian diberi simpati oleh pembaca. Keberadaan suspense akan mendorong, menggelitik, dan memotivasi pembaca untuk setia mengikuti dongeng dan mencari tanggapan terhadap kelanjutan cerita.
  • Surprise (kejutan) artinya insiden yang berisi kejutan dalam cerita. Surprise membuat dongeng menjadi tidak membosankan.
  • Unity (kepaduan) artinya aneka macam unsur yang ditampilkan dalam alur dongeng haruslah mempunyai kepaduan.

d. Latar (Setting)
Latar yakni segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana. Ada 3 jenis latar di dalam sebuah cerpen yaitu, latar tempat, waktu dan suasana. Latar kawasan atau ruang yakni latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa. Latar waktu yakni latar yang mengacu pada kapan terjadinya peristiwa.

e. Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan atau penokohan yakni cara atau teknik-teknik pengarang menampilkan tabiat tokoh dalam cerita. Ada dua cara perwatakan, yaitu sebagai berikut.
  1. Analitik, yaitu dengan cara diuraikan pribadi pengarang.
  2. Dramatik, yaitu menampilkan tabiat tokoh tidak secara langsung. Artinya obrolan antartokoh, jalan pikiran tokoh, dan lingkungan kawasan tinggal tokoh.

Penokohan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita; baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang sanggup berupa pendangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. (Suharianto 1982:20)

Berdasarkan uraian di atas sanggup disimpulkan penokohan yakni pelukisan atau citra yang terang perihal seseorang yang ditampilkan dalam sebuah dongeng yang sanggup berupa keadaan lahiriyah atau batiniah. Jadi, penokohan dalam dongeng pendek merupakan unsur pembangun yang kehadirannya sangat dibutuhkan untuk menghidupkan tokoh dalam cerita.

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yakni cara khas pengarang dalam penyusunan dan penyampaian pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Sebagai pola gaya bahasa remaja, ilmiah, lugas, bahasa sehari-hari, dan sebagainya.

g. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang yakni cara pengarang menampilkan cerita. Posisi pencerita dalam membawakan kisahan boleh jadi dia tokoh dalam ceritanya (pencerita akuan), boleh jadi pula berada di luarnya (penceritaan). Sudut pandang terbagi atas dua, yaitu sebagai berikut.
  1. Sudut pandang orang pertama. Sudut pandang ini terbagi dua, yaitu orang pertama sebagai pelaku utama, artinya pengarang itu sendiri yang diceritakan dan menjadi fokus cerita; orang pertama sebagai pengamat artinya pengarang sebagai pengamat dan masuk dalam cerita. Ciri sudut pandang pertama yakni tokohnya berupa saya, aku, atau disebut juga gaya akuan.
  2. Sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang ini juga terbagi dua, yaitu sudut pandang orang ketiga serbatahu artinya pengarang memberi tahu semua sifat, ciri, dan tindak tanduk pelaku; orang ketiga terarah artinya perhatian pengarang berpusat pada satu tokoh, dan orang ketiga pengamat artinya pengarang mengamati beberapa tokoh. Kata ganti yang digunakan yakni kata dia, ia, mereka, atau nama orang atau disebut juga gaya diaan.

h. Amanat
Amanat yakni pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Pada karya sastra modern, amanat biasanya tersirat, sedangkan pada karya sastra usang amanat biasanya tersurat.

D. Unsur Ekstrinsik Teks Cerpen
Unsur ekstrinsik yakni unsur yang membangun dan mendukung cerpen dari luar karya itu sendiri, tetapi memengaruhi bangunan atau sistem organisme cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen, yaitu riwayat hidup pengarang dan latar belakang masyarakat kawasan penulis membuat cerpen.

a. Riwayat Hidup Pengarang
Riwayat hidup pengarang berisi kehidupan pengarang berupa pendidikan, sikap, dan pandangan pengarang, faktor sosial dan ekonomi pengarang, aliran sastra yang pengarang anut, dan semua hal yang sangat besar lengan berkuasa pada hasil karya yang diciptakannya.

Contoh:
(1) Danarto, karya-karya terbarunya lahir sehabis dia mendalami keagamaan. Danarto
menekankan penilaian dari sudut pandang sufi. (2) Hamsad Rangkuti beraliran realis,
bisa menyelipkan humor-humor satire, menggelitik, dan mengejutkan melalui
kesederhanaan bahasanya (Thahar, Haris E fendy, Kiat Menulis Cerpen).

b. Latar Belakang Masyarakat
Peristiwa yang terjadi pada masyarakat memengaruhi isi cerpen. Karya sastra dalam bentuk apapun, termasuk cerpen yang pada prinsipnya merupakan penanda zaman.

Contoh:
(1) Hamsad Rangkuti, cerpen yang ditulis menurut wangsit perihal permasalahan kehidupan masyarakat golongan menengah ke bawah yang dikemas dalam bentuk kritikan halus terhadap keanehan berupa kekuasan mutlak, materialisme, dan dekadensi moral. (2) Idrus, cerpen yang ditulis merupakan lukisan naturalis yang mencerminkan situasi masyarakat yang jelek pada masa itu.

No comments:

Post a Comment