Monday, January 27, 2020

Membaca Cerpen Tanggung Jawab Ade

Cerita pendek yang biasa disingkat cerpen ialah karya sastra berbentuk prosa yang mengisahkan sepenggal hidup tokoh yang mengalami insiden kehidupan. Pengarang menyajikan wangsit cerpen dengan menjalin peristiwa-peristiwa menjadi satu dalam sebuah alur.

Alur merupakan perpaduan antara unsur-unsur yang membangun kisah sehingga merupakan kerangka utama cerita. Contoh cerpen yang berkaitan dengan insan dan tanggung jawab salahsatunya ialah cerpen berjudul Tanggung Jawab Ade oleh Gusti Noor.

Apakah kau suka membaca kisah pendek (cerpen)? Nah, coba kini bacalah cerpen berikut. Cerpen ini bercerita ihwal tanggung jawab dalam keluarga

Tanggung Jawab Ade
Oleh Gusti Noor
Sebenarnya Ade tahu dan mengerti, setiap hari Kak Nina selalu membantu Ibu menyiapkan masakan untuk dijual. Mengantarkan ke warung-warung dengan mengendarai sepeda sebelum pergi ke sekolah. Ade juga tahu, Kak Nina sering terlambat tiba di sekolah karenanya. Tetapi anehnya Kak Nina tidak pernah tertinggal pelajarannya. Kak Nina di rumah selalu mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah. Dan rasa-rasanya, Kak Nina ialah orang yang paling baik di rumah ini. Dan Ade tidak pernah merasa iri bila Kak Nina dibelikan sesuatu sedang ia sendiri tidak.

Tetapi kini ini, pagi hari ini, Ade bersungut-sungut. Kak Nina sakit, berarti tidak berangkat ke sekolah dan tidak ada yang mengantar dagangan ke warung-warung. Ibu sudah usang tidak sanggup pergi ke mana-mana alasannya ialah gampang sakit kepala. Satu-satunya yang sanggup diperlukan ialah Ade.

“Apa Ade tidak ingin membantu ibu? Sekali ini saja, selagi Kakakmu sakit, De...,” Ibu berkata dengan penuh harap.

“Ade hari ini ada ulangan, Bu. Harus berangkat lebih awal... Semalam tidak sempat banyak belajar...,” jawab Ade sambil menyiapkan buku-bukunya.

Wajahnya tampak cemberut. Ibu menarik napas panjang mendengar alasan yang diberikan Ade. Kalau sudah demikian, mau apa lagi?
Cerita pendek yang biasa disingkat cerpen ialah karya sastra berbentuk prosa yang mengisa Membaca Cerpen Tanggung Jawab Ade
“Biarlah saya sendiri saja, Bu. Rasanya kepala saya sudah tidak pening lagi,” seru Kak Nina dari dalam kamar. Mendengar bunyi Kak Nina, Ibu kemudian meninggalkan Ade yang masih berwajah cemberut.

“Betul kau sudah sehat, Nina? Ibu khawatir nanti malah tambah sakitmu,” kata Ibu. Kak Nina berdiri perlahan dari kawasan tidurnya kemudian pergi ke kamar mandi. Ibu hanya mengawasi dari belakang sambil menggendong adiknya yang masih bayi.

“Kenapa tidak kau bilang dari tadi kalau badanmu tidak sehat, Nin? Kalau saja kau bilang selagi Bapak belum berangkat, niscaya Bapakmu yang mengantarkan kue-kue dagangan kita ini...,” bisik Ibu.

“Baru terasa sehabis saya mandi tadi Bu... Mulanya tak terasa apa-apa. Mungkin sebentar juga sembuh, Bu,” jawab Nina sambil terus berpakaian.

Ade berangkat tergesa-gesa. Ada ulangan, begitu alasan yang disampaikannya untuk menolak kiprah yang biasa dilakukan Kak Nina. Padahal ia tidak eksklusif menuju ke sekolah, alasannya ialah di sekolah pada waktu sepagi itu masih sepi. Bahkan mungkin gerbangnya belum dibuka. Dan bersama-sama pula tidak ada ulangan. Ade sengaja menolak kiprah itu alasannya ialah malu. Ia tidak mau teman-temannya melihatnya naik sepeda sambil membawa keranjang kue-kue. Ia tidak mau dikata-katai teman-teman menyerupai yang dialami Alip yang mengantarkan koran tiap pagi itu.

Hari masih pagi benar. Ade tidak tahu akan ke mana tujuannya pada pagi itu. Apakah akan mampir ke rumah Tina? Atau Ninuk? Ah lebih baik ke rumah Yova saja. Biasanya anak itu sudah siap pagi-pagi sekali. Aku sanggup meluangkan waktu menunggu siang di rumahnya, pikir Ade.

Tiba di rumah Yova, Ade ternyata harus menunggu usang sekali. Yova masih berjalan-jalan bersama adiknya yang masih kecil. Mama Yova sedang menata meja makan untuk sarapan Papanya. Kakak Yova sedang mengepel lantai. Papa Yova sedang mencuci mobil. Bik Icih sedang membantu mempersiapkan masakan di dapur. Dan Ade merasa jengah menunggu di teras.

“Tunggu sebentar, De. Yova cuma mengajak jalan-jalan Vina menghirup embun pagi. Tak usang lagi ia niscaya kembali. Dia juga sudah siap akan berangkat...,” kata Papa Yova mencoba menentramkan kegundahan Ade yang sedang menunggu itu.

Tetapi yang dikatakan oleh Papa Yova itu ternyata usang sekali bagi Ade. Jam dinding di rumah Yova memperlihatkan pukul enam lebih sepuluh menit. Jarumnya bergerak perlahan. Ade semakin merasa tidak yummy duduk di bangku teras. Tak usang kemudian Bik Icih mengantar secangkir teh manis dengan ubi goreng.

“Silakan diminum, Neng Ade,” Bik Icih menawarkan.

“Saya mau berangkat dulu, Bik,” jawabnya kepada Bik Icih. Lalu kepada Papa Yova ia pamitan sambil bergegas pergi, “Terima kasih... Om, saya mau berangkat saja dulu. Mau mampir ke rumah Ninuk, Om...” la tiba-tiba gugup.

Papa Yova keheranan, demikian pula Bik Icih. Mereka heran melihat Ade tiba-tiba pergi dan melangkah lebar-lebar meninggalkan rumah itu.

Semua orang sibuk, semuanya bekerja. Semuanya, tanpa kecuali. Kak Nina juga. Padahal Kak Nina sedang sakit. Karena tanggung jawabnya sebagai anak tertua dan juga alasannya ialah rasa sayangnya kepada keluarga, Kak Nina berpayah-payah pergi mengantar kue. Padahal Kak Nina sakit.

Bagaimana kalau sakitnya bertambah parah? Bagaimana kalau Kak Nina jatuh dari sepeda alasannya ialah kepalanya pening? Bagaimana kalau sampai... ah. Ade menyerupai ingin menangis selama perjalanan menuju ke sekolah. Hatinya begitu gundah. Ia tak jadi ke rumah Ninuk. Sekolah masih sepi, gres beberapa anak saja yang datang.

Selama pelajaran berlangsung Ade tidak sanggup memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Beberapa kali ditegur Pak Adi alasannya ialah melamun. Ia ingin segera pulang. Ingin segera menjenguk Kak Nina. Mungkin Kak Nina tambah parah sakitnya, mungkin Kak Nina jatuh dari sepeda alasannya ialah kepalanya pening kemudian ada kendaraan yang menabraknya Hap.. .

“Kau sakit, Ade?” tiba-tiba terdengar teguran Pak Adi. Ade gelagapan. Rupanya tadi la termangu selama Pak Adi menerangkan. Pak Adi kemudian menghampirinya. Meraba keningnya. Ade jadi terharu.

“Kepalamu hangat. Pulang saja, ya. Nanti bertambah parah...” kata Pak Adi. Ade menurut. Ia bergegas meninggalkan sekolah. Ade berjalan dengan setengah berlari. Agar secepat mungkin sanggup tiba di rumah melihat Kak Nina. Dengan tergopoh-gopoh ia memasuki rumah. Ibu hingga keheranan melihat sikapnya. Langsung menuju ke kamar Kak Nina. Dan Kak Nina terbaring di pembaringannya.

Ade menyerupai ingin menubruk kakaknya yang sedang terbaring itu. Kak Nina jadi terheran-heran dibuatnya.

“Ada apa, De? Kenapa kau tiba-tiba begini?” tanya Kak Nina.

“Maafkan aku, kak. Sebenarnya saya tidak ada ulangan... Aku cuma aib mengantarkan kue-kue itu “ Ade eksklusif saja menangis. Suaranya jadi tidak terperinci terdengar.

“Sudahlah, jangan menangis. Yang penting kau sudah menyadari kesalahanmu dan tak akan mengulanginya lagi. Untuk kali ini tak apa-apa. Kakak memaafkanmu, De,” Lembut bunyi Kak Nina menyejukkan hati Ade. Mengobati rasa sesalnya biar tidak berkepanjangan.

Dan keesokan harinya, Kak Nina masih sakit. Ade benar-benar melakukan apa yang dijanjikannya kepada kakaknya. Tanpa ragu lagi Ade menjinjing keranjang kue-kue. Dengan sepeda ia berkeliling mengantar kue-kue itu ke warung-warung. Tak ada yang mengejek, tak ada yang menggoda, tak ada rasa malu. Yang ada ialah rasa tanggung jawab yang besar.

Ayo Menulis!
Berdasarkan cerpen “Tanggung Jawab Ade”, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
  1. Siapa tokoh dalam cerpen “Tanggung jawab Ade”? Ade, Kak Nina, Ibu, Yova, Vina, Papa Yova, Bik Icih, dan Pak Adi
  2. Berapa anggota keluarga Ade? 4 orang, Ayah Ade, Ibu Ade, Kak Nina, Ade
  3. Siapa yang biasa mengantar camilan manis setiap pagi ke warung-warung? Kak Nina biasa mengantar camilan manis setiap pagi ke warung-warung .
  4. Apa yang terjadi pada Kak Nina? Kak nina sedang sakit sehingga tidak sanggup mengantarkan camilan manis ke warung-warung.
  5. Bagaimana Ade menolak undangan itu untuk menggantikan kiprah Kak Nina? Ade berangkat tergesa-gesa. Ada ulangan, begitu alasan yang disampaikannya untuk menolak kiprah yang biasa dilakukan Kak Nina.
  6. Mengapa Ade tidak mau menggantikan kiprah Kak Nina? Ade sengaja menolak kiprah itu alasannya ialah malu. Ia tidak mau teman-temannya melihatnya naik sepeda sambil membawa keranjang kue-kue.
  7. Di mana Ade menunggu sebelum berangkat ke sekolah? Sebelum berangkat Ade menunggu di rumah Yova.
  8. Mengapa Ade merasa resah ketika berlangsung pelajaran di sekolah? Ade merasa resah ketika berlangsung pelajaran di sekolah alasannya ialah merasa bersalah dan khawatir Kak Nina tambah parah sakitnya.
  9. Apa yang dilakukan Ade setiba di rumah kembali? Ade meminta maaf kepada Kak Nina dan menyampaikan bahwa tidak ada ulangan. Dia merasa aib untuk menggantikan kiprah Kak Nina mengantarkan kue-kue.
  10. Apa yang dikatakan Kak Nina kepada Ade? Kak Nina menyampaikan biar Ade jangan menangis dan yang penting Ade sudah menyadari kesalahannya dan tak akan mengulanginya lagi. 

Pada cerpen “Tanggung Jawab Ade” ibu Ade memiliki perjuangan masakan untuk dijual ke warung-warung. Dari perjuangan masakan itu tentunya ibu Ade akan memperoleh keuntungan. Keuntungan inilah yang akan menjadi embel-embel penghasilan bagi keluarga Ade. Usaha yang dilakukan ibu Ade tersebut merupakan pola aktivitas ekonomi yang diperlukan sanggup meningkatkan kesejahteraan keluarga Ade.

No comments:

Post a Comment