Kewajiban bagi kaum mukminah untuk mengenakan jilbab untuk menutup auratnya kecuali terhadap beberapa golongan. Dalam Q.S. al-Ahzab/33:39 ditegaskan perintah memakai jilbab dan
memanjangkannya sampai ke dada, dengan tujuan untuk memperlihatkan rasa nyaman dan kondusif kepada setiap mukminah.
Hadis dari Ummu Atiyyah berisi tawaran kepada setiap muslimah untuk menghadiri salat ‘Idul Fitri dan ‘´dul Adha meskipun sedang haid atau dipingit. Sementara yang tidak mempunyai jilbab, ia sanggup meminjamnya dari saudara seiman.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. an-Nμr/24:31 untuk menjaga pandangan, memelihara kemaluan, dan tidak menampakkan aurat, kecuali kepada: suami, ayah suami, anak pria suami, saudara laki-laki, anak laki saudara lakilaki, anak lelaki saudara perempuan, perempuan mukminah, hamba sahaya, pembantu renta yang tidak lagi mempunyai hasrat terhadap wanita. Allah Swt. memerintahkan setiap mukmin dan mukminah di dua ayat ini untuk bertaubat untuk memperoleh keberuntungan.
A. Memahami Makna Busana Muslim/Muslimah dan Menutup Aurat
Pakaian ialah barang yang digunakan (baju, celana, dan sebagainya). Busana muslimah sanggup diartikan sebagai pakaian perempuan Islam yang sanggup menutup aurat yang diwajibkan agama untuk menutupinya, guna kemaslahatan dan kebaikan perempuan itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada.
Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari kata awira yang artinya hilang perasaan. Pada umumnya, kata aurat memberi arti yang tidak baik dipandang, memalukan dan mengecewakan. Menurut istilah dalam aturan Islam, aurat ialah batas minimal dari potongan badan yang wajib ditutupi sebab perintah Allah Swt.
Jilbab ialah sebuah pakaian yang longgar untuk menutup seluruh badan perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam bahasa Arab, jilbab dikenal dengan istilah khimar, dan bahasa Inggris jilbab dikenal dengan istilah veil. Dikenal pula istilah kerudung, hijab, dan sebagainya.
B. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis wacana Perintah Berbusana Muslim/Muslimah
1. Q.S. al-Ahzab/33:59
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
(yaa ayyuhaa alnnabiyyu qul li-azwaajika wabanaatika wanisaa-i almu/miniina yudniina 'alayhinna min jalaabiibihinna dzaalika adnaa an yu'rafna falaa yu/dzayna wakaana allaahu ghafuuran rahiimaan)Artinya :
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, bawah umur perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh badan mereka. Yang demikian itu semoga mereka lebih gampang untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Swt. Maha Pengampun,
Maha Penyayang.”
Kandungan Q.S. al-Ahzab/33:59
Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk memberikan kepada para istrinya untuk memanjangkan jilbab mereka dengan maksud semoga dikenali dan membedakan dengan perempuan nonmukminah. Pesan al-Qur’an ini tiba menanggapi adanya gangguan kafir Quraisy terhadap para mukminah terutama para istri Nabi Muhammad saw. yang menyamakan mereka dengan budak dan dalam rangka melindungi kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat ini diturunkan.
2. Q.S. An-Nμr/24:31
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
(waqul lilmu/minaati yaghdhudhna min abshaarihinna wayahfazhna furuujahunna walaa yubdiina ziinatahunna illaa maa zhahara minhaa walyadhribna bikhumurihinna 'alaa juyuubihinna walaa yubdiina ziinatahunna illaa libu'uulatihinna aw aabaa-ihinna aw aabaa-i bu'uulatihinna aw abnaa-ihinna aw abnaa-i bu'uulatihinna aw ikhwaanihinna aw banii ikhwaanihinna aw banii akhawaatihinna aw nisaa-ihinna aw maa malakat aymaanuhunna awi alttaabi'iina ghayri ulii al-irbati mina alrrijaali awi alththhifli alladziina lam yazhharuu 'alaa 'awraati alnnisaa-i walaa yadhribna bi-arjulihinna liyu'lama maa yukhfiina min ziinatihinna watuubuu ilaa allaahi jamii'an ayyuhaa almu/minuuna la'allakum tuflihuuna)Artinya :
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, semoga mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putraputra suami mereka, atau saudara-saudara pria mereka, atau putra-putra saudara pria mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan pria (tua) yang tidak mempunyai harapan (terhadap perempuan) atau bawah umur yang belum mengerti wacana aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya semoga diketahui komplemen yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kau semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, semoga kau beruntung.”
Kandungan Q.S. an-Nμr/24:31
Dalam ayat ini, Allah Swt. berfirman kepada seluruh hamba-Nya yang mukminah semoga menjaga kehormatan diri mereka dengan cara menjaga pandangan, menjaga kemaluan, dan menjaga aurat. Dengan menjaga ketiga hal tersebut, dipastikan kehormatan mukminah akan terjaga. Ayat ini merupakan kelanjutan dari perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang mukmin untuk menjaga pandangan dan menjaga kemalu*n.
3. Hadis dari Ummu ‘Atiyyah
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ يَوْمَ الْعِيدَيْنِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ ، فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ ، وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ عَنْ مُصَلاَّهُنَّ . قَالَتِ امْرَأَةٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِحْدَانَا لَيْسَ لَهَا جِلْبَابٌ . قَالَ: لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Dari Umu ‘Atiyah, ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk keluar pada Hari Fitri dan Adha, baik gadis yang menginjak pandai balig, wanita-wanita yang sedang haid, maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan śalat, namun mereka sanggup menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslim. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah saw., salah seorang di antara kami ada yang tidak mempunyai jilbab?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya.’” (H.R. Muslim)
Kandungan Hadis
Kandungan hadis di atas ialah perintah Allah Swt. kepada para perempuan untuk menghadiri prosesi śalat ‘´dul Fitri dan ‘´dul Adha, walaupun ia sedang haid, sedang dipingit, atau tidak mempunyai jilbab. Bagi yang sedang haid, maka cukup mendengarkan khutbah tanpa perlu melaksanakan śalat berjama’ah menyerupai yang lain. Wanita yang tidak punya jilbab pun sanggup meminjamnya dari perempuan lain. Hal ini memperlihatkan pentingnya dakwah/khutbah kedua śalat ‘idain.
C. Menerapkan Perilaku Mulia
Berikut ini beberapa sikap mulia yang harus dilakukan sebagai pengamalan berbusana sesuai syari’at Islam, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
- Sopan-santun dan ramah-tamah merupakan ciri fundamental orang yang beriman sebab merupakan salah satu adat yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. sebagai teladan dan panutan.
- Jujur dan amanah adah sifat orang-orang beriman dan saleh. Tidak akan keluar perkataan dusta dan sikap khianat jikalau seseorang benar-benar beriman kepada Allah Swt.
- Gemar beribadah sebab ibadah ialah kebutuhan, maka tidak ada alasan orang yang beriman untuk melalaikan atau meninggalkannya.
- Gemar menolong sesama sebab menolong dengan niat tulus sebab Allah Swt. semata akan mendatangkan rahmat dan karunia yang tiada tara.
- Menjalankan amar makruf dan nahi munkar dengan mengajak dan menyeru orang lain untuk berbuat kebaikan dan mencegah orang lain melaksanakan kemunkaran/ kemaksiatan.
No comments:
Post a Comment