Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt. yang sia-sia, semuanya mengandung makna, manfaat, dan pelajaran berharga bagi orang yang mau merenungkannya. Orang yang cerdas berdasarkan Rasulullah saw. ialah orang yang berpikir jauh ke depan, hingga pada kehidupan di darul abadi kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua itu.
A. Makna Q.S. Ali-Imran/3:190-191 serta Hadis ihwal Berfikir Kritis
Menurut Mertes, berpikir kritis ialah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang dipakai untuk menafsirkan dan mengevaluasi gosip dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
Berpikir kritis memungkinan untuk memanfaatkan potensi diri dalam melihat masalah, memecahkan
masalah, menciptakan, dan menyadiri diri.
Salah satu mukjizat al-Quran ialah banyaknya ayat yang memuat gosip terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan gosip Ilahi tersebut. Di antara ayat yang dimaksud ialah firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali 'Imran/3:190-191 berikut ini.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿ ١٩٠
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿ ١٩١
(alladziina yadzkuruuna allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari)
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.
2. Penerapan Tajwid
Surat Ali-Imran/3:190-191 | |
---|---|
Lafal | Hukum Tajwid |
إِنَّ | Ghunnah alasannya ialah ada nun ditasydid |
فِي | Mad thobi'i alasannya ialah ada kasroh diikuti ya' suku |
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ | Idghom syamsyiyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah satu abjad syamsyiyah yaitu abjad sin, dan mad thobi'i alasannya ialah da fathah diikuti alif |
وَالْأَرْضِ | Idhar qomariyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif |
وَاخْتِلَافِ | Mad thobi'i alasannya ialah ada fayhah diikuti alif |
اللَّيْلِ | Idghom syamsyiyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam |
وَالنَّهَارِ | Idghom syamsyiyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun dan mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
لَآيَاتٍ لِأُولِي | Idghom bila ghunnah alasannya ialah ada tanwin bertemu lam |
الْأَلْبَابِ | Idhar qomariyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif, dan mad arid lis sukun alasannya ialah sebelum waqaf ada mad thobi'i |
الَّذِينَ | Idghom syamsyiyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam |
يَذْكُرُونَ | Mad thobi'i alasannya ialah ada dhommah diikuti wawu sukun |
اللَّهَ | Tafhim alasannya ialah ada lam jalalain didahului fathah |
قِيَامًا | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
قِيَامًا وَقُعُودًا | Idghom bighunnah alasannya ialah ada tanwin bertemu wawu tidak dalam satu kalimah |
وَقُعُودًا | Mad thobi'i alasannya ialah ada dhommah diikuti wawu sukun |
وَقُعُودًا وَعَلَىٰ | Idghom bighunnah alasannya ialah ada tanwin bertemu wawu tidak dalam satu kalimah |
جُنُوبِهِمْ | Mad thobi'i alasannya ialah ada dhommah diikuti wawu suku |
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ | Idhar syafawi alasannya ialah ada mim mati bertemu dengan salah satu abjad idhar syafawi yaitu abjad wawu |
يَتَفَكَّرُونَ | Mad thobi'i alasannya ialah ada dhommah diikuti wawu sukun |
فِي | Mad thobi'i alasannya ialah ada kasroh diikuti ya' sukun |
السَّمَاوَاتِ | Idghom syamsyiyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah satu abjad syamsyiyah yaitu abjad sin, dan mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
وَالْأَرْضِ | Idhar qomariyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif |
رَبَّنَا | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
مَا | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
خَلَقْتَ | Qolqolah sughro alasannya ialah ada salah satu abjad qolqolah bertanda baca sukun atau orisinil mati |
هَٰذَا | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
بَاطِلًا | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
بَاطِلًا سُبْحَانَكَ | Ihfa' alasannya ialah ada tanwin bertemu salah satu abjad ihfa' yaitu abjad sin |
سُبْحَانَكَ | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
فَقِنَا | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
عَذَابَ | Mad thobi'i alasannya ialah ada fathah diikuti alif |
النَّار | Idghom syamsyiyah alasannya ialah ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun, dan mad arid lis sukun alasannya ialah sebelum waqof ada mad thobi'i |
3. Kosakata Baru:
وَالْأَرْضِ | فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ | إِنَّ |
Dan bumi | Dalam penciptaan langit | Sesungguhnya |
لَآيَاتٍ | وَالنَّهَارِ | وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ |
Benar-benar merupakan tanda (kebesaran Allah) | Dan siang | Dan pergantian/ pertukaran malam |
الألبب | لأولي | لءايت |
berakal | bagi orang-orang yang | sungguh terdapat tanda-tanda |
الله | يذكرون | الذين |
Allah | mengingat | yaituorang-orang yang |
وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ | وقعودا | قيما |
dan berbaring | atau duduk | sambilberdiri |
والأرض | فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ | ويتفكرون |
dan bumi | dalam penciptaan langit | memikirkan/ merenungkan |
هَٰذَا | مَا خَلَقْتَ | رَبَّنَا |
(semua) ini | Tidak Engkau ciptakan | Ya Tuhan Kami |
فقنا | سُبْحَانَكَ | بَاطِلً |
maka lindungilah kami | Maha Suci Engkau | Sia-sia/ tanpa makna |
- | النار | عذاب |
- | neraka | siksa |
B. Tafsir/Penjelasan Ayat
Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda kebesaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.
Banyak ayat yang menginspirasi dan memotivasi insan untuk meneliti alam raya ini, di antaranya ialah Q.S. al-A’raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu (dalam enam masa). Para ilmuwan yang terinspirasi untuk menerangkan dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya ialah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pendekatan al-Quran dan Sains Modern (tahun 2003), Secara ringkas, klarifikasi “enam masa” dari Dr. Marconi ialah sebagai berikut:
- Masa Pertama, semenjak kejadian Dentuman Besar (Big Bang) hingga terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce).
- Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum terang bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos).
- Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini.
- Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk.
- Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya bahan dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang.
- Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.
Berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut ialah memikirkan dan melaksanakan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. Dengan demikian, kita sadar betapa Allah Swt. ialah Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial) dengan ikhlas.
Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul turunnya Surah Ali - Imran ayat 190-191 yaitu diawali oleh kedatangan orang – orang Quraisy ke kaum Yahudi. Kemudian mereka para kaum Quraisy bertanya mengenai bukti – bukti kebenaran yang dibawa nabi Musa dan bukti – bukti kebenaran yang dibawa nabi Isa. Kaum Yahudi pun menjawab bahwa tangan dan tongkat nabi Musa bisa bersinar putih, sedangkan
nabi Isa bisa menyembuhkan mata buta, penyakit sopak, serta bisa menghidupkan orang yang sudah mati.
Kemudian orang – orang Quraisy mendatangi Rasulullah S.A.W seraya berkata “ Mintalah dari Tuhanmu biar bukit Safa itu menjadi emas untuk kami “ lantas Rasulullah berdoa dan turunlah surah Ali – Imran ayat 190 – 191, mengajak mereka memikirkan langit dan bumi ihwal kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, menyerupai bintang-bintang, bulan, dan matahari serta peredarannya, laut, gununggunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.
C. Keterkaitan antara Berpikir Kritis dengan Ciri Orang Berakal (Ulil Albab) sesuai Pesan Q.S. Ali-Imran/3: 190-191
Mustaji mendefinisikan bahwa berpikir kristis ialah “berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan ihwal apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi ialah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, kalau kita sudah mengetahui bahwa kebaikan dan keburukan akan memilih nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita harus ada pertimbangan nalar sehat.
Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut ini.
عن أبي يعلى شداد بن أوس - رضي الله عنه - ، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ. [رواه الترمذي
Artinya :
Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang yang cerdas ialah orang yang bisa mengintrospeksi dirinya dan suka berinfak untuk kehidupannya sehabis mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah Swt. dengan impian kosong”. (HR. At-Tirmizi dan dia berkata: Hadis Hasan).
Dalam hadis ini Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas ialah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat.
Rasulullah saw. bersabda:
:وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سَبْعاً، هَل تَنْتَظِرُونَ إِلاَّ فَقْراً مُنْسِياً، أَو غِنَىً مُطغِياً، أَوْ مَرَضاً مُفسِداً، أو هَرَماً مُفَنِّداً، أَو مَوتاً مُجْهِزاً، أََوْ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، أَوْ السَّاعَةَ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وأَمَرُّ ؟
رَوَاهُ التُّرْمُذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ .
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سَبْعاً، هَل تَنْتَظِرُونَ إِلاَّ فَقْراً مُنْسِياً، أَو غِنَىً مُطغِياً، أَوْ مَرَضاً مُفسِداً، أو هَرَماً مُفَنِّداً، أَو مَوتاً مُجْهِزاً، أََوْ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، أَوْ السَّاعَةَ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وأَمَرُّ ؟
رَوَاهُ التُّرْمُذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ .
Artinya:
Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian berinfak sebelum datangnya tujuh kasus yaitu: Apa yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau bau tanah yang melemahkan, atau ajal yang cepat, atau Dajjal, maka ia ialah seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari selesai zaman itu ialah ketika yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. At-Tirmizi dan dia berkata: Hadis hasan).
Dalam hadis di atas, Rasulullah saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-nunda untuk berinfak salih. Rasulullah saw. menyebut tujuh macam kejadian yang jelek untuk menyadarkan kita semua.
- Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah Swt. alasannya ialah sibuk mencari penghidupan (harta).
- Kedua, kekayaan yang membuat kita menjadi sombong alasannya ialah menganggap semua kekayaan itu alasannya ialah kehebatan kita.
- Ketiga, sakit yang sanggup membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.
- Keempat, masa bau tanah yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya.
- Kelima, ajal yang cepat alasannya ialah usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat.
- Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk alasannya ialah menjadi fitnah bagi manusia.
- Ketujuh, hari kiamat, tragedi terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.
Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah saw. dalam dua hadis di atas ialah mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca ajal (akhirat),
D. Manfaat Berpikir Kritis
Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya ialah sebagai berikut.
- Dapat menangkap makna dan nasihat di balik semua ciptaan Allah Swt.
- Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
- Dapat mengambil pandangan gres dari semua ciptaan Allah Swt. dalam berbagi IPTEK.
- Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
- Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami tanda-tanda dan fenomena alam.
- Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah nalar dan akomodasi lain, baik yang berada di dalam badan kita maupun yang ada di alam semesta.
- Semakin bertambah keyakinan ihwal adanya hari pembalasan.
- Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
- Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di darul abadi dengan meningkatkan amal saleh dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.
E. Menerapkan Perilaku Mulia
Berikut ini ialah sikap dan sikap terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir kritis berdasarkan ayat al-Qur'an dan hadis di atas yaitu sebagai berikut.
- Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah nalar sehat.
- Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia.
- Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur±n secara lebih mendalam bersama para pakar di bidang masing-masing.
- Menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai pandangan gres dalam melaksanakan penelitian-penelitian ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam.
- Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai pandangan gres dalam berbagi IPTEK.
- Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia.
- Membaca dan menganalisis tanda-tanda alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya.
- Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
- Senantiasa berupaya meningkatkan amal salih dan menjauhi kemaksiatan sebagai tindak lanjut dari keyakinanannya ihwal adanya kehidupan kedua di darul abadi dan sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Allah Swt. atas semua anugerah-Nya.
- Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespon semua tanda-tanda dan fenomena alam yang terjadi.
No comments:
Post a Comment