Thursday, September 20, 2018

Sejarah Hari Bela Negara

SEJARAH HARI BELA NEGARA
Tanggal berapa diperingati Hari Bela Negara Tahun 2017? Hari bela Negara diperingati setiap tanggal 19 Desember. Penetapan ini dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 28 Tahun 2006 wacana Hari Bela Negara yang isinya 1) memutuskan Tanggal 19 Desember ditetapkan sebagai Hari Bela Negara; 2) Hari Bela Negara bukan merupakan hari libur.
Ditetapkannya tanggal 19 Desember sebagai hari Bela Negara, alasannya yakni pada 19 Desember 1948 dibuat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara di Sumatra Barat. Hari yang mana para hero bangsa terdahulu mempertaruhkan jiwa raganya untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah-tengah guncangan Agresi Militer Belanda II.



Tanggal berapa  Hari Bela Negara
Sebagaimana diketahui ketika itu Belanda menyatakan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville dan menyerang kota Yogyakarta yang kala itu ibu kota negara. Mereka menawan Sukarno-Hatta dan menyatakan kepada dunia luar bahwa RI sudah berakhir. Dan Pada tanggal 19 Desember 1948, kota Bukitttinggi juga di serang oleh Belanda. Belanda berulangkali menyiarkan informasi bahwa RI sudah bubar. Karena para pemimpinya, ibarat Soekarno, Hatta, dan Syahrir sudah mengalah dan ditahan.

Contoh Bela Negara Sesuai Profesi
Mendengar informasi bahwa tentara Belanda telah menduduki Yogyakarta dan menangkap sebagian besar pemimpin Pemerintah Republik Indonesia, tanggal 19 Desember sore hari, Mr. Syafruddin Perwiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatera, mengunjungi Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatera/ Ketua Komisaris Pemerintah Pusat dikediamanya, untuk mengadakan perundingan. Malam itu juga mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, daerah perkebunan teh, 15 Km di selatan kota Payakumbuh.

Contoh Bela Negara Sesuai Profesi
Sejumlah tokoh pimpinan RI yang berada di Sumatera Barat sanggup berkumpul di Halaban, dan pada tanggal 22 Desember 1948 mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Muhammad Rosjid, Kol. Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Mr. A. Karim, Rusli Rahim, dan Mr. Latif. Walaupun secara resmi kawat Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, maka dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan menunjuk Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai ketua PDRI, dan pada keesokan harinya, pada tanggal 23 Desember dia berpidato yang pada dasarnya memberi motivasi kepada para tentara RI dan seluruh rakyat Sumatera Barat semoga selalu semangat dan terus berjuang mempertahankan NKRI, walaupun para pemimpin bangsa telah ditangkap Belanda. Salah satu kata motifasi dia dalam pidatonya yaitu “Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka sanggup dibasmi. Jangan letakkan senjata, menghentikan tembak-menembak jikalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh”.

Contoh Bela Negara Sesuai Profesi
Selama dua bulan komunikasi pusat-daerah terputus, dan kebingungan menjalari para pemimpin, terutama di Jawa menyangkut usaha melawan Belanda. Namun oleh kerja keras di tengah rimba Sumatera, informasi mengenai adanya PDRI mulai tersebar, meski memakai radio sederhana. Koordinasi antarpemimpin sipil-militer di Bidar Alam dengan pemimpin sipil-militer di Koto Tinggi Sumatera Barat, menjadi efektif oleh siaran itu, dan adanya tingkat kepercayan (trust) yang tinggi para pemimpin di Jawa. Untuk pertama kali dalam sejarah modern Indonesia, Jawa menjadi “daerah” dan luar Jawa menjadi “pusat”. Lewat siaran-siaran radio somewhere in the jungle kemudian, PDRI bisa menandakan eksistensi republik yang dinyatakan telah hilang oleh Belanda. Alhasil, propaganda negatif Belanda mentah dan menjadi titik balik bagi perjanjian baru, Roem-Royen, yang berakhir pada pengukuhan kedaulatan RI.

Contoh Bela Negara Sesuai Profesi
Keberadaan PDRI ini penting untuk menekankan kontinuitas Republik ini. Kalau tak ada PDRI- RI secara aturan tak ada lagi. Karena pemimpin RI ibarat Soekarno dan Hatta ditawan Belanda di dua tempat yang terpisah di Sumatera. Dan secara teori salah satu prasyarat diakuinya eksistensi satu negara yakni ada dan tegaknya pemerintahan, memang beralasan apabila Belanda menganggap bahwa Republik Indonesia sudah luluh lantak ketika Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 telah menduduki Kota Yogyakarta dan Bukittinggi, dan memasuki seluruh wilayah Republik Indonesia dengan melintasi garis Van Mook di semua daerah. Tindakan Belanda dalam melaksanakan penyerangan ini menyebabkan reaksi internasional. Dunia menuding Belanda bahwa mereka telah melaksanakan aksi pada sebuah negara yang berdaulat, dengan demikian melanggar prinsip saling menghormati kedaulatan negara lain sebagaimana diatur dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


Untuk mengenang sejarah usaha Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), pemerintah Republik Indonesia selain memutuskan tanggal 19 sebagai hari bela negara, juga telah membangun Monumen Nasional Bela Negara di salah satu daerah yang pernah menjadi basis PDRI dengan area seluas 40 hektare, tepatnya di Jorong Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Bela negara Ke 65, pada tanggal 21 Desember 2013 Menteri Pertahanan ketika itu (Purnomo Yusgiantoro) didampingi oleh Kabadiklat Kemhan Mayjen Tentara Nasional Indonesia Hartind Asrin dan Plt Dirjen Pothan Timbul Siahaan serta Muspida Provinsi Sumatera Barat meninjau pembangunan Monumen Nasional Bela Negara. Menhan Purnomo Yusgiantoro berpesan dalam amanatnya “pembangunan monumen ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah kepada seluruh masyarakat Sumatera Barat atas kiprahnya pada masa usaha bangsa Indonesia di masa kemudian untuk kelangsungan Negara Kesatuan Rapublik Indonesia. Monumen ini sebagai penghargaan dan pengingat serta pelajaran bagi generasi muda Indonesia untuk dijadikan teladan dalam memahami arti dari bela negara dan arti cinta tanah air”


Hari Bela Negara Tahun 2017

Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan hadir kembali ke Kota Padang, Sumatra Barat. Jokowi direncanakan menjadi inspektur upacara peringatan Hari Bela Negara (HBN) yang jatuh pada 19 Desember 2017 mendatang.

Demi mempersiapkan kunjungan Presiden Jokowi ini, pemkot Padang menggelar rapat persiapan pada Kamis (7/12) ini. Sekretaris Daerah Kota Padang, Asnel, menyebutkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan protokoler Kepresidenan terkait peringatan HBN 2017 mendatang.

"Kita telah berkordinasi dengan pihak Kementerian Pertahanan terkait kehadiran bapak Presiden menjadi inspektur upacara nantinya. Insyaallah, kita sudah menyiapkan segala sesuatunya," terperinci Asnel.

Asnel berharap momentum peringatan HBN tahun ini sanggup berjalan dengan khidmat. Apalagi, lanjutnya, peringatan ini berlandaskan insiden bersejarah bagi Indonesia, yakni tercetusnya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumbar.

"Untuk itu kita akan bekerja semaksimal mungkin menyukseskan HBN 2017 ini. Kami harapkan Presiden bisa hadir sehingga kegiatan berlangsung lebih semarak dan meriah," jelasnya.


Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Padang, Mursalim dalam kesempatan itu mengatakan, upacara akan dipusatkan di Stadion GOR H Agus Salim, pada Selasa (19/12) pagi. "Di samping upacara, juga akan digelar aneka macam kegiatan seremonial. Kegiatan ini direncanakan akan diikuti ribuan akseptor termasuk para veteran," katanya.







= Baca Juga =



No comments:

Post a Comment