Salah satu unsur dalam dongeng fiksi yaitu urutan peristiwa. Urutan insiden yaitu rangkaian insiden yang direka dan dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita. Urutan insiden sanggup juga diartikan jalinan insiden dalam karya sastra untuk mencapai dampak tertentu.
Pada goresan pena ini akan mempelajari sedikit perihal mengidentfikasi urutan insiden dalam teksfiksi. Seperti yang sanggup anda baca pada teks di bawah ini.
Bunga Paling Berharga
Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan. Hujan jarang turun di desa itu sehingga tidak banyak tetumbuhan. Jangankan bunga-bungaan, semak-semak pun jarang ditemui.
Suatu hari, sebelum berakhirnya pelajaran, Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis. Buku tulis itu halaman-halaman dalamnya berwarna putih dan bersampul merah. Indah sekali.
“Buku tulis itu untuk kalian. Kalian boleh menulis apa saja di dalamnya,” kata Bu Mala.
“Saya mau menuliskan catatan harian di buku ini,” kata Nola.
“Saya mau menggambar wajah setiap orang yang aku temui,” kata Wendi yang hobi menggambar.
“Saya mau menciptakan herbarium,” kata Makale.
Bu Mala memandang Makale dengan penuh keheranan mendengar ucapan Makale.
“Kamu mau menciptakan herbarium?” tanya Bu Mala kepada Makale.
“Ya. Seorang pelancong pernah menunjukkan buku herbariumnya kepada saya. Herbarium itu sangat indah,” jawab Makakale.
“Tetapi, untuk menciptakan herbarium kau akan membutuhkan banyak daun. Tahukah kamu?” tanya Bu Mala.
Makale menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Atau bunga...”
“Di mana kau akan mencarinya?” tanya teman-teman Makale.
Makale memandang keluar jendela. Tidak tampak tumbuhan sama sekali.
“Saya akan mendapatkannya,” kata Makale sambil tersenyum.
Hari berganti hari. Waktu berlalu dengan cepat. Buku tulis merah milik para siswa Bu Mala telah berisi banyak sekali cerita, gambar, dan foto. Hanya buku tulis Makale yang masih kosong.
Pada suatu hari, sebuah awan hitam berhenti di atas desa tempat tinggal Makale. Tak usang kemudian awan hitam itu mencurahkan hujan yang sangat deras. Benih-benih flora yang terkubur di dalam tanah tandus desa itu pun tumbuh. Sepetak kebun terbentuk. Bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun itu.
Makale senang. Dipetiknya sekuntum bunga merah. Hanya satu. Kemudian, ditempelkannya bunga itu di dalam buku tulis merahnya. Hari berikutnya, bunga-bunga lainnya telah layu alasannya terbakar matahari.
Di dalam kelas, Makale berseru dengan gembira.
“Saya sudah menciptakan herbarium saya, Bu Mala.”
Bu Mala membuka buku tulis merah Makale. Herbarium itu hanya satu halaman. Hanya ada satu bunga di dalamnya. Namun, bunga itu paling berharga di dunia alasannya hanya mekar sehari dalam setahun.
Disadur dari “52 Dongeng di hari Kamis”; Jakarta: BIP.
Ayo MenulisMakale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan. Hujan jarang turun di desa itu sehingga tidak banyak tetumbuhan. Jangankan bunga-bungaan, semak-semak pun jarang ditemui.
Suatu hari, sebelum berakhirnya pelajaran, Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis. Buku tulis itu halaman-halaman dalamnya berwarna putih dan bersampul merah. Indah sekali.
“Buku tulis itu untuk kalian. Kalian boleh menulis apa saja di dalamnya,” kata Bu Mala.
“Saya mau menuliskan catatan harian di buku ini,” kata Nola.
“Saya mau menggambar wajah setiap orang yang aku temui,” kata Wendi yang hobi menggambar.
“Saya mau menciptakan herbarium,” kata Makale.
Bu Mala memandang Makale dengan penuh keheranan mendengar ucapan Makale.
“Kamu mau menciptakan herbarium?” tanya Bu Mala kepada Makale.
“Ya. Seorang pelancong pernah menunjukkan buku herbariumnya kepada saya. Herbarium itu sangat indah,” jawab Makakale.
“Tetapi, untuk menciptakan herbarium kau akan membutuhkan banyak daun. Tahukah kamu?” tanya Bu Mala.
Makale menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Atau bunga...”
“Di mana kau akan mencarinya?” tanya teman-teman Makale.
Makale memandang keluar jendela. Tidak tampak tumbuhan sama sekali.
“Saya akan mendapatkannya,” kata Makale sambil tersenyum.
Hari berganti hari. Waktu berlalu dengan cepat. Buku tulis merah milik para siswa Bu Mala telah berisi banyak sekali cerita, gambar, dan foto. Hanya buku tulis Makale yang masih kosong.
Pada suatu hari, sebuah awan hitam berhenti di atas desa tempat tinggal Makale. Tak usang kemudian awan hitam itu mencurahkan hujan yang sangat deras. Benih-benih flora yang terkubur di dalam tanah tandus desa itu pun tumbuh. Sepetak kebun terbentuk. Bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun itu.
Makale senang. Dipetiknya sekuntum bunga merah. Hanya satu. Kemudian, ditempelkannya bunga itu di dalam buku tulis merahnya. Hari berikutnya, bunga-bunga lainnya telah layu alasannya terbakar matahari.
Di dalam kelas, Makale berseru dengan gembira.
“Saya sudah menciptakan herbarium saya, Bu Mala.”
Bu Mala membuka buku tulis merah Makale. Herbarium itu hanya satu halaman. Hanya ada satu bunga di dalamnya. Namun, bunga itu paling berharga di dunia alasannya hanya mekar sehari dalam setahun.
Disadur dari “52 Dongeng di hari Kamis”; Jakarta: BIP.
Kamu telah membaca dongeng “Bunga Paling Berharga”.
1. Tulislah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada cerita.
- Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis.
- Bu Mala heran mendengar makale ingin menciptakan herbarium.
- Makale yakin akan mendapat bunga walaupun wilayahnya jarang ada tumbuhan.
- Buku tulis merah milik para siswa telah berisi banyak sekali cerita, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
- Di tempat Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
- Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku.
- Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya.
- Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia alasannya hanya mekar sehari dalam setahun.
2. Tuliskan urutan-urutan insiden pada cerita.
- Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan.
- Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis.
- Nola ingin menulis catatan harian, Wendi ingin menggambar wajah setiap orang yang ditemui, dan Makale ingin menciptakan herbarium,
- Bu Mala heran mendengar makale ingin menciptakan herbarium.
- Makale ingin menciptakan herbarium alasannya seorang pelancong menunjukkan buku herbariumnya yang sangat indah.
- Bu Mala memberitahu Makale bahwa untuk menciptakan herbarium membutuhkan banyak daun.
- Makale tahu bahwa untuk menciptakan herbarium membutuhkan daun atau bunga.
- Teman-teman Makale menanyakan di mana tempat makale mendapat bunga.
- Makale yakin akan mendapat bunga walaupun wilayahnya jarang ada tumbuhan.
- Waktu berlalu dengan cepat dan buku tulis merah milik para siswa telah berisi banyak sekali cerita, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
- Pada suatu hari di tempat Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
- Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku.
- Hari berikutnya bunga-bunga di kebun telah layu alasannya terbakar matahari.
- Makale bangga alasannya sudah menciptakan berhasil herbarium dan menunjukannya kepada Bu Mala.
- Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya.
- Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia alasannya hanya mekar sehari dalam setahun.
Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan sehingga tidak banyak tumbuhan. Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis. Nola ingin menulis catatan harian, Wendi ingin menggambar wajah setiap orang yang ditemui, dan Makale ingin menciptakan herbarium.
Bu Mala heran mendengar makale ingin menciptakan herbarium. Ternyata makale ingin menciptakan herbarium alasannya seorang pelancong menunjukkan buku herbariumnya yang sangat indah.
Bu Mala memberitahu Makale bahwa untuk menciptakan herbarium membutuhkan banyak daun. Makale tahu bahwa untuk menciptakan herbarium membutuhkan daun atau bunga.
Teman-teman Makale menanyakan di mana tempat makale mendapat bunga. Makale yakin akan mendapat bunga walaupun wilayahnya jarang ada tumbuhan.
Waktu berlalu dengan cepat dan buku tulis merah milik para siswa telah berisi banyak sekali cerita, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
Pada suatu hari di tempat Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku. Hari berikutnya bunga-bunga di kebun telah layu alasannya terbakar matahari.
Makale bangga alasannya sudah menciptakan berhasil herbarium dan menunjukannya kepada Bu Mala. Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya. Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia alasannya hanya mekar sehari dalam setahun.
No comments:
Post a Comment